Ayu Utami Ungkap Alasan Terima Achmad Bakrie Award 2018

Ayu Utami Ungkap Alasan Terima Achmad Bakrie Award 2018

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 14 Agu 2018 11:01 WIB
Ayu Utami Ungkap Alasan Terima Achmad Bakrie Award 2018 Foto: Ayu Utami/ Istimewa
Jakarta - Ayu Utami bersama tiga nama lainnya akan menerima penghargaan Achmad Bakrie 2018. Penganugerahan berlangsung malam ini di Djakarta Theatre, Jakarta Pusat.

Menurut keterangan penulis 'Bilangan Fu' ada dua perspektif yang menjadi pertimbangan untuk menerima penghargaan tersebut. Yakni minimnya apresiasi terhadap intelektual di Indonesia dan dunia sastra semakin tidak diapresiasi di sekolah maupun publik.

Penghargaan ini adalah usaha untuk menghargai pencapaian intelektual yang dilakukan sejak 2002 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Memang, di perjalanan terjadi beberapa kasus kontroversial (terutama masalah lumpur Lapindo dan kepentingan politik saat itu), tetapi kita tidak selamanya harus menimpakan kesalahan ini pada suatu usaha baik yang telah dimulai sebelum kasus-kasus tersebut," ujarnya ketika dihubungi detikHOT.
Ayu Utami Ungkap Alasan Terima Achmad Bakrie Award 2018 Ayu Utami Ungkap Alasan Terima Achmad Bakrie Award 2018 Foto: Istimewa

Ketika urgensi untuk memboikot tidak terlalu kuat lagi, lanjut Ayu, antara usaha baik dengan "dosa-dosa" yang terkait anggota suatu keluarga penghargaaan ini berharga.

"Terutama karena mengisi kurangnya apresiasi intelektual di Indonesia," tambahnya.

Pertimbangan lainnya adalah dunia sastra serta bahasa Indonesia semakin tidak diapresiasi atau diajarkan di sekolah-sekolah. Kondisi ini bahkan menjamur ke masyarakat luas.



"Saya selama di Dewan Kesenian Jakarta, Teater Utan Kayu, dan Komunitas Salihara kerap menawarkan program sastra ke sekolah. Ada yang antusias, tapi lebih banyak yang malas. Malah ada sekolah yang minta imbalan. Dalam situasi ini, jika semua sastrawan harus menjalankan tugas memboikot siapapun yang dianggap punya cela, maka dunia sastra akan semakin sempit dan jauh dari masyarakat," pungkasnya.

Sebelumnya penghargaan ini pernah menuai kontroversi lantaran ditolak oleh beberapa penerimanya. Mereka yang menolak di antaranya adalah Rohaniwan Katolik Romo Magnis menolak penghargaan dan diikuti oleh Daoed Joesof di tahun 2010, penyair Sitor Situmorang, penyair dan sastrawan Goenawan Mohammad pernah menerima di tahun 2004 namun dikembalikan lagi pada 2011 lalu. Sastrawan Seno Gumira Ajidarma yang dikenal dengan buku 'Jazz, Parfum, dan Insiden' itu juga menolak di tahun 2012.

(tia/tia)

Hide Ads