Setiap tahunnya, BWCF berhasil mendatangkan 350 orang dari budayawan, akademisi, peneliti, jurnalis, penulis, novelis, penyair, musisi, dan masyarakat umum.
Festival diawali di Hotel Grand Inna Malioboro dan berlanjut di Hotel Manohara, pentas seni di Taman Aksobya, Lapangan Kenari di kompleks Candi Borobudur, Magelang serta diakhiri di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam Gandawyuha terdapat kisah Sudhana yang menjalani laku dalam menggapai pencerahan tertinggi dalam keBudhaan. Sudhana berguru kepada banyak guru baik dari kalangan Bhikku dan orang-orang biasa," katanya dalam keterangan yang diterima detikHOT, Rabu (15/11/2017).
Di sesi pertama 'Gandawyuha dan esoterisme Borobudur' akan dibahas bangunan Candi Borobudur dalam kaitannya dengan Budha dan Gandawyuha. Sesi selanjutnya 'Dari Katholik, Konghucu, Budha hingga Islam Nusantara' akan membahas tentang dialog dalam tataran teologi dari agama Katholik, Buddha, Islam Nusantara dan Konghucu.
Sesi berikutnya ada 'Pengalaman Ketuhanan Penghayat dan Religi Nusantara' yang membahas adanya agama-agama yang ada di nusantara. Narasumber yang akan mengisi BWCF 2017 di antaranya adalah Salim Lee (ahli sutra Gandawyuha), Noerhadi Magetsari (arkeolog), Agus Widiatmoko (arkeolog), Oman Fathurahman (filolog), Maria Dharmaningsih (penari), Nungki Kusumastuti (penari), Hanafi (perupa), Yudhi Widyantoro (yoga), Acep Zamzam Noor (penyair), Nyoman Sudewi (penari), Yudhistira ANM Massardi (penyair), dan lain-lain.
Gelaran BWCF ke-6 akan diisi oleh seminar, pentas kolaborasi tari-rupa-musik, musik, pembacaan puisi, meditasi pagi, pemutaran film, pameran foto, pesta buku, dan pemberian penghargaan kepada Sang Hyang Kamahayanikan.