Menuturkan Si Kancil dan Buaya di Bologna

Laporan dari Italia

Menuturkan Si Kancil dan Buaya di Bologna

Andi Abdullah Sururi - detikHot
Rabu, 05 Apr 2017 14:58 WIB
Foto: Andi Sururi
Bologna - Sepuluh orang bule menyimak dengan seksama seorang wanita Indonesia di depan mereka. C'era una volta, la storia di Kancil che tregava sempre i coccodrilli stupidi.

Pada zaman dahulu kala, ada cerita seekor kancil yang sering mengelabui buaya yang bodoh....

Wanita asal Klaten berusia 42 tahun itu, Ika Rahmawati, sedang menuturkan dongeng anak paling terkenal di Indonesia itu dalam bahasa Italia, dalam sesi khusus paviliun Indonesia di pentas Bologna Children's Book Fair 2017 pada Selasa (4/4) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada yang senyum-senyum dan mengangguk-angguk, ada pula yang mengangkat keningnya. Beberapa kali terdengar derai tawa di antara mereka.

"Tadi ada yang nyeletuk, kok tiba-tiba kita jadi merasa seperti anak-anak ya, didongengkan cerita kayak gini," ucap Ika kepada detikcom. "Dan ini mengasyikkan."

Menuturkan Si Kancil dan Buaya di BolognaFoto: Andi Sururi

Ika merasa terpanggil untuk melakukan story telling itu karena dia merasa tahu betul betapa Indonesia tak banyak dikenal oleh masyarakat Italia. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Italia di tahun 2005, sebagai mahasiswa beasiswa Universitas Siena dari Instituto Italiano di Cultura di Menteng, Jakarta, sampai setelah dirinya bekerja di KBRI di Roma selama lebih dari 10 tahun, lagi-lagi orang Eropa lebih tahu Bali ketimbang Indonesia.

"Sangat mungkin ini dikarenakan memang tidak banyak literatur Indonesia di Eropa termasuk Italia. Padahal saya tahu persis, mereka sebenarnya orang-orang yang punya rasa ingin tahu yang besar. Sayangnya, mereka tak mendapatkan cukup banyak informasi tentang Indonesia," ujarnya.

Menurut Ika, selama ini promosi Indonesia di Eropa masih terfokus pada sektor pariwisata dan ekonomi. Sayangnya, hal itu kurang ditunjang dengan referensi lain terutama literatur mengenai Indonesia secara lebih luas dan mendalam, termasuk budayanya.

"Mengenalkan budaya Indonesia ke luar negeri itu mestinya bisa dilakukan melalui buku-buku yang diterjemahkan ke bahasa asing. Cerita rakyat dan anak Indonesia itu 'kan sangat banyak, tapi ya orang luar tidak ada yang tahu. Dunia lebih tahu dongeng-dongengnya HC Andersen, kisah China klasik, Mulan, sampai era-nya Harry Potter."

Jika bisa menginternasionalkan cerita-ceritanya melalui buku, potensi Indonesia untuk lebih dikenal lebih tinggi. Sebab, di dunia anak misalnya, kultur para orangtua di negara-negara Eropa adalah terbiasa mendongengkan anaknya sebelum tidur dengan membacakan buku cerita --- bukan mendongeng melalui penuturan imajinatif. Efeknya, pada diri si anak akan tertanam pemikiran bahwa untuk mendapatkan suatu cerita/informasi adalah melalui buku.

Menuturkan Si Kancil dan Buaya di BolognaFoto: Andi Sururi

Khusus di Italia, sepengetahuan Ika ada beberapa buku Indonesia yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Italia. Dua di antaranya adalah novel Pulang (Leila Chudori) dan Tarian Bumi (Oka Rusmini). Keduanya dialihbahasakan oleh profesor dari Universitas Napoli, Antonia Soriente.

"Beberapa teman Italia saya sering menanyakan beberapa hal yang tidak mereka mengerti dari buku itu. Ini berarti menerjemahkan buku itu membutuhkan interpretasi, dan tidak semua penerjemah melakukannya dengan lebih dalam. Itu kenapa diperlukan lebih banyak referensi."

Dari tiga kali keikutsertaan Indonesia di Bologna Children's Book Fair, Ika mengakui baru kali ini KBRI di Roma melibatkan diri dan – syukurlah – langsung terkesan.

"Dari setiap pameran internasional yang pernah saya ikuti, yang ini luar biasa. Beda sekali. Pertama, pameran ini menjadi media kreatif di kalangan ilustrator, dan kedua, kita serasa kembali ke masa lalu (kanak-kanak). Ini memang tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, semua stake holder mesti terlibat dan bekerja sama," simpul Ika.

Dan mungkin saja, siapa tahu, suatu saat ada orangtua di Italia yang membacakan anak-anaknya di tempat tidur sebuah buku berjudul 'Kancil e i Coccodrilli' alias 'Si Kancil dan Buaya'.

Menuturkan Si Kancil dan Buaya di BolognaFoto: Andi Sururi
(a2s/nu2)

Hide Ads