Pameran dagang terbesar di dunia di bidang publishing itu juga tidak dilewatkan oleh detikHOT atas undangan Komite Buku Nasional (KBN). Saat pameran dibuka untuk umum pada 22 dan 23 Oktober 2016, ratusan ABG ikut hadir dengan busana unik ala kartun.
"Saya suka sekali dengan Mad Hatter dan saya selalu datang ke acara ini tiap tahunnya," kata Jonathan di lokasi acara, Frankfurt Messe, Jerman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
ABG itu datang berkelompok mengenakan trem atau MRT, tidak sedikit di antaranya yang langsung mengenakan baju tokoh favorit mereka. Bila tidak tahan dengan cuaca dingin yang menusuk tulang, mereka memilih berganti kostum sebuah room yang sangat luas di area pameran yang telah disediakan panitia. Tawa dan canda tidak pernah terlepas dari mereka.
"Mereka anak-anak yang kreatif," ucap warga Jerman, Janeth (45) yang tidak malu-malu ikut berfoto bersama mereka.
Kemeriahan para ABG itu menjadi sepenggal kemeriahan pameran yang digelar di areal 76 hektar di dalam gedung empat lantai itu. Penggalan lain yaitu keikutsertaan Indonesia yang membuat 80 acara sejak hari pertama. Baik pameran buku, diskusi kebudayaan, kelas angklung, kelas memasak, pencak silat hingga musik keroncong.
"Ini benar-benar menyita energi tapi semua menyenangkan," kata Ketua KBN Laura Prinsloo.
Pada malam penutupan, penulis Indonesia Laksmi Pamuntjak diberikan seremoni penghargaan LiBeraturpreis 2016 dari Lembaga Litprom Jerman yang telah diumumkan pada Juni lalu untuk novel Amba. Novel itu diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dengan judul 'Alle Farben Rot'.
![]() |
Lit Prom bertujuan mewadahi penulis perempuan 'The Global South' yang suaranya belum terpresentasi di dunia. Cetakan pertama Amba sebanyak 35 ribu eksemplar telah ludes dan cetakan kedua tinggal tersisa ratusan buku. Saat ini sedang dipersiapkan untuk cetakan ketiga.
"Saya terharu dan tersanjung sekali. Terima kasih sedalam-dalamnya, kepada semua penerbit saya, terutama di Indonesia dan Jerman, dan kepada kedua narasumber utama saya, Amarzan Loebis dan Tedjabayu Sudjojono, yang telah bermurah hati dalam berbagi pengalaman tentang ketidakadilan dan ketertindasan, serta sikap besar hati dan memaafkan," kata Laksmi.
Antusiasme warga Jerman terhadap Indonesia cukup mengagetkan, terutama bagi Budi Lee Kurniawan. Budi yang memberikan kelas memasak mengaku kegiatan itu membuka mata dunia bahwa Indonesia merupakan negara yang patut dikunjungi, salah satunya wisata kuliner.
"Kelas memasak yang saya buka selalu diikuti oleh orang-orang yang berbeda. Saya harap kegiatan ini terus diikuti Indonesia," ucap Budi.
(asp/kmb)