"Aku rasa grafis desain menarik dalam konteks bagaimana menginterpretasi karya lain dalam bentuk visual," kata penulis Eka Kurniawan di sela-sela acara Frankfurt Book Fair (FBF) 2016 yang digelar di Frankfurt, Jerman, Sabtu (22/10/2016).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas bagaimana dengan buku-buku Eka yang telah diterbitkan?
"Kalau aku sih ngobrol sama penerbit. Tapi tergantung situasinya, kalau lagi males aku sih terserah kalian bikin apa. Kalau lagi semangat terlibat, ngobrol. Saking semangatnya kadang bikin sendiri," ujar Eka.
Kekuatan cover buku diakui oleh desainer Indonesia, Emir Hakim. Setiap cover memiliki karekter yang unik dan menantang bagi desainer untuk menerjemahkan isi buku ke dalam cover. Di luar konten art, ada juga yang lebih penting yaitu soal plagiat di tengah era online yang bisa saling intip mengintip antar desain cover. Di mana setiap deseiner grafis dilarang nyontek satu sama lainnya.
![]() |
"Kita tidak bisa mencegah itu, tapi kita selalu mengingatkan dan meningkatkan sumber daya manusia kepada para desain profesional yang tergabung dalam asosiasi kami. Mungkin sebagian besar adanya plagiat itu adalah karena knowledge-nya tidak ada, bukan karena berbuat jahat. Kadang orang kita masih polos. Tahap menjadi profesional ada jam terbangnya," ujar Emir.
Selain desain grafis, finishing akhir berupa pemilihan kualitas kertas juga ikut menentukan. Di negara-negara yang menjadikan buku sebagai kekuatan industri negara, sampul dibuat seindah mungkin dengan kualitas kertas cover yang menarik. Tapi semua itu haruslah ditunjang dengan kualitas alat percetakan. (asp/kmb)