Sundari yang juga kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, meluncurkan karyanya dalam acara kerakyatan 'Pasar-pasaran Temanggung' di Museum Nasional Jakarta, akhir pekan lalu. Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU), novel ini memiliki setting tahun 1970-an ketika petani tembakau sudah mulai mengolah tembakau masuk kualitas di dunia, untuk dipasok ke pabrik-pabrik rokok.
Baca Juga: 'Annie' Boyong Anjing Poodle ke Atas Panggung Teater
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Genduk' adalah sebuah fiksi yang diceritakan dengan gaya memoar. Menceritakan tentang anak perempuan yang melakukan pencarian jati diri dan pencarian atas sosok ayah yang tidak pernah dilihatnya seumur hidup. Konflik terjadi ketika Genduk menemukan kenyataan mengenai ayah yang selama ini dirindukannya.
Konflik pun bergulir terkait dengan permasalahan yang dialami para petani. Dalam novel, warisan kultural tentang politik-aliran priyayi, santri abangan masih sangat terasa.
Novel 'Genduk' pun dideskripsikan dengan pemandangan pegunungan Sindoro yang kaya akan kultur dan budaya tertutur. Reda Gaudiamo, penulis dan juga penyanyi AriReda yang hadir di sesi diskusi mengatakan 'Genduk' adalah potret perempuan di suatu masa.
"Para pembaca akan terasa kekuatan, keberanian, dan kemampuan perempuan melakukan hal besar dan penting," pungkasnya.
Novel 'Genduk' sudah tersedia di toko-toko buku Tanah Air dengan harga senilai Rp 62.000.
(tia/doc)