"Mereka suka banget dengan cooking class kita," kata Budi di sela-sela cooking kelas di Hall 3.3 Frankfurt Messe, Jerman, Sabtu (22/10/2016).
Astrid dan Budi memberi pelajaran memasak ala Indonesia. Seperti membuat mie goreng dan es cendol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Mereka yang datang selalu orang berbeda. Sekali kelas 15-20 orang," ujar Budi.
Peserta kelas cukup antusias mengikuti belajar memasak. Namun harus ada adaptasi masakan antara rasa Indonesia dengan rasa Eropa seperti pedas yang harus disesuaikan dengan lidah Eropa. Ada pula kendala soal bahan baku yang tidak ada yang seperti di Indonesia seperti santan untuk membuat rendang.
Santan yang ada di Jerman lebih encer dibandingkan dengan dari Indonesia. Sehingga takarannya harus dua kali lipat tapi kurang meresap bumbunya. "Ke depan saya harap Indonesia untuk bisa ekspor makanan bisa lebih banyak," ucap Budi.
Sementara itu, buku Trailing the Taste of Gorontalo yang merangkum kuliner dan obyek wisata Gorontalo karya Amanda Katili dari Omar Niode Foundation โselaku penerbit โ tampil mempresentasikan buku itu di Gourmet Gallery. Buku itu memuat wisata kuliner Gorontalo seperti cah kangkung, ilabulo (kue seperti otak-otak), sayur teri, Ilahi (sop ikan tuna), Gohu Lo Putunggo (tumisan pepaya) hingga lokasi street food di Gorontalo.
Adapun untuk wisatanya, buku itu mengeksplorasi Menara Keagungan Limboto dan diving di Tomini Bay. Buku ini bahkan meraih Gourmand World Cookbook Award 2015.
"Amanda Katili dari tim Omar Niode Foundation selama ini juga aktif sebagai salah satu penasihat presiden bidang Climate Change," kata tim dari Omar Niode Foundation, Dian. (asp/kmb)