Bagaimana Sapi Bisa Terbang?

Cerita Pendek

Bagaimana Sapi Bisa Terbang?

Nuraisah Maulida Adnani - detikHot
Jumat, 09 Jun 2023 16:20 WIB
ilustrasi cerpen
IIustrasi: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta -

"Ceritakan, apa masalahmu?" tanya Sapi Berpunuk mengibas-ngibaskan ekor, menunggu jawaban lawan bicaranya.

"Aku tak tahu mau dimulai dari mana," Sapi Gempal mengendus, menjilati lubang hidungnya yang basah karena pilek.

"Mulai saja dari awal, ceritakan kegelisahan yang selama ini mengganggumu. Aku bisa menjaga rahasia kalau kamu tak ingin cerita ini menyebar."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang kamulah sahabat sejatiku, mungkin kalau kamu tak ada, aku pasti dianggap sapi tergila yang ada di dunia ini. Kamu tahu pasti tentang aku. Sejak kecil aku suka dengan sesuatu yang bisa terbang, entah itu dedaunan, serangga, bahkan burung. Aku punya keinginan untuk terbang, makin berjalannya waktu keinginan itu semakin kuat."

"Ah, oleh karena itu tiap tengah malam kamu loncat dari atap. Mencoba untuk terbang?"

ADVERTISEMENT

"Awalnya aku coba dari pohon yang sekiranya bisa kupanjat, tapi kupikir itu terlalu rendah. Jadi aku coba dari atap tapi tidak berhasil. Kamu tahu, ternyata ada jalan pintas untuk naik atap. Mungkin aku adalah hewan berkaki empat pertama di dunia ini yang dapat memanjat," ucap Sapi Gempal berbangga.

Angin bersemilir kencang, membuat ekor mereka melambai, daun-daun di pepohonan berguguran kemudian terbang mengikuti arah angin. Sapi Gempal melihat dedaunan itu, mereka seperti menari di atas udara, kemudian pandangannya fokus ke daun coklat paling besar di antara dedaunan yang lain, daun itu seperti dirinya; berwarna coklat dan besar.

Ketika angin telah berhenti, daun itu mendarat di antara semak-semak yang kering. Seekor burung kecil mendarat, mencari daun untuk membuat sarangnya. Burung kecil itu mengambil daun coklat besar, namun ketika hendak terbang baru kemudian ia tersadar bebannya terlalu berat, burung itu langsung mencari daun lebih kecil yang sanggup ia bawa.

"Sapi seperti kita ini tidak punya sayap. Burung punya sayap, serangga punya sayap."

"Daun tidak punya sayap tapi dia bisa terbang. Ayam punya sayap tapi dia tidak bisa terbang."

"Daun terbang karena ringan. Kamu? Kamu berat. Ayam tidak bisa terbang karena tubuhnya lebih besar daripada sayapnya, bebannya terlalu berat."

"Tidakkah kamu ingat cerita kura-kura yang bermimpi untuk terbang?"

"Aku tidak tahu, bahkan aku belum pernah mendengarnya. Apakah cerita itu menjadi motivasimu selama ini?"

"Memang, ini adalah cerita kesukaanku. Ada seekor kura-kura yang bermimpi untuk terbang, dia senang tiap kali melihat burung-burung berterbangan. Hingga suatu saat ada seekor angsa yang ingin membantunya untuk mencapai impiannya itu. Keesokan harinya, angsa itu membawa sebuah ranting, dia berkata pada kura-kura untuk menggigit ranting itu degan kuat, jangan sampai lepas.

Kemudian angsa itu terbang, kura-kura juga ikut terbang. Kura-kura senang sekali, dia ingin berteriak, tapi dia teringat ucapan angsa untuk tetap menggigit ranting kuat-kuat. Tak lama, ada seekor gagak yang terkejut melihat kura-kura dapat terbang, dia memuji kura-kura keren dan hebat. Karena senang dengan pujian itu, kura-kura merasa sangat senang dan bahagia sampai-sampai lupa dengan peringatan angsa. Kemudian kura-kura terjatuh, menyesali perbuatannya."

"Cerita yang menyedihkan."

"Tapi kura-kura dapat mencapai impiannya. Jangan terlalu melihat akhir cerita, lihat seluruh ceritanya."

Sapi-sapi lain dengan malas mengunyah rumput di sekitar mereka. Hamparan lapangan rumput luas, pepohonan mengelilingi lapangan seperti dinding pembatas. Bagian khusus sapi setengah dari lapangan itu, dibatasi dengan besi tajam yang disimpulkan seperti tali. Tak jauh di luarnya, ada rumah bertingkat dua milik Tuan berserta keluarganya. Di depan rumah berjejer berbagai macam kendaraan yang sanggup menampung satu sampai enam sapi, ada juga yang sanggup menampung sepuluh sampai lima belas sapi.

Sapi Gempal tidak terlalu menyukai kendaraan Tuannya, karena kendaraan itulah yang memisahkannya dengan teman-teman lama. Bahkan pernah anak temannya secara paksa harus masuk ke dalam kendaraan itu. Menurutnya, kendaraan itu adalah simbol perpisahan karena siapapun yang menaikinya pasti tak pernah kembali. Hanya Sapi Berpunuk yang tersisa sebagai teman lama, paling lama sampai sekarang.

Sapi Gempal kadang berusaha membayangkan ke mana teman-temannya dibawa, dan dari mana sapi-sapi baru didatangkan. Dua hal itu berkaitan dengan kendaraan Tuan. Mungkin kendaraan itu menukar sapi lama menjadi sapi baru di suatu tempat, atau pergi ke tempat antah berantah yang dipenuhi sapi. Tapi bayangannya lama kelamaan semakin tak jelas, oleh karena itu Sapi Gempal berhenti memikirkannya.

Kendaraan-kendaraan bersuara berisik dan tak jelas, tidak seperti suara burung yang merdu, juga tidak seperti suara sapi yang mendengung. Sapi Gempal tak pernah melihat kendaraan-kendaraan itu makan dan minum. Walau begitu mereka tetap dapat berjalan dan berlari dengan cepat.

Kendaraan Tuannya adalah hewan teraneh yang pernah ia temui, karena yang ia kira matanya bukanlah matanya, yang ia kira mulut bukan mulutnya. Karena begitu memusingkan, Sapi Gempal berhenti memperhatikan kendaraan-kendaraan itu.

"Aku bisa memahamimu," ucap Sapi Berpunuk melihat burung-burung beterbangan.

"Ya, kadang aku memahami diriku sendiri."

"Tapi tetap saja, jangan terlihat seperti sapi paling gelisah di dunia ini atau nanti Tuan akan memindahkanmu, masuk ke dalam perut hewan aneh itu.

Kamu tahu Sapi Kurus yang penyakitan akhirnya pergi, Sapi Betina yang mandul juga pergi. Tak lain itu karena keduanya menyendiri, tidak ingin berbaur dengan kelompok. Aku tahu kamu gelisah, kamu punya masalah dan sekaligus punya keinginan. Tapi kumohon, tetaplah dalam kelompok agar tidak dicurigai oleh Tuan. Aku takut kamu pergi dan aku jadi sendiri. Aku tidak ingin kamu masuk dalam perut hewan aneh itu," ucap Sapi Berpunuk melirik kendaraan-kendaraan Tuannya.

"Aku juga takut kalau kamu pergi...."

Tiba-tiba angin berembus sangat kencang disertai dengan suara seperti petir yang menggelegar, suara itu lama-kelamaan semakin dekat dan makin keras, diikuti dengan sesuatu yang mirip dengan burung raksasa. Pohon-pohon bergoyang, rumput-rumput panjang menari, kaki-kaki para sapi bergetar. Semua melihat suatu yang mirip burung raksasa itu, sangat besar dan sangat berisik.

Beberapa menit kemudian yang mirip dengan burung raksasa itu mendarat di depan rumah Tuan. Ukurannya lebih besar dari burung pada umumnya, tapi yang membuatnya berbeda adalah posisi sayap yang aneh. Sayapnya ada di kepala. Sapi Gempal tertawa tipis melihat sesuatu yang mirip burung raksasa itu. Tak lama kemudian Tuan keluar dari perut kendaraan barunya.

"Ah, hewan aneh yang lain. Kuakui yang barusan datang adalah yang paling aneh di antara yang lain. Bentuknya seperti peranakan burung raksasa dan capung raksasa yang cacat. Aku jadi ingat sebuah cerita."

"Cerita apa? Tentang sesuatu yang terbang?" Sapi Gempal berbinar-binar.

"Ya, tapi agak sedikit mengerikan. Ada seekor bangau yang suka makan ikan di danau, tapi ikan-ikan merasa terganggu oleh kehadirannya hingga tidak ingin berada di pinggir danau karena takut dimakan. Hingga bangau menjadi kelaparan selama beberapa hari. Suatu hari bangau mendapatkan sebuah ide, dia mengumpulkan ikan-ikan dan mengabarkan suatu bahaya, dia berkata bahwa danau ini akan penuh dengan limbah karena ulah manusia, dan semua penghuni danau pasti akan mati karena limbah beracun itu. Ikan-ikan panik dan bertanya apa yang harus mereka lakukan.

Bangau mengemukakan sebuah ide, dia akan memindahkan ikan-ikan ke danau lainnya, dia sangat paham dengan daerah sekitarnya, dia mengiming-imingi bahwa danau yang lain lebih jernih dan bagus dari pada tempat ikan-ikan berada. Ikan-ikan pun sepakat dibawa oleh bangau, tapi bangau mengatakan bahwa setelah membawa satu ikan ke danau dia harus beristirahat karena usianya tak lagi muda. Ikan-ikan memahami bangau, satu persatu ikan masuk dalam mulut bangau yang lumayan besar.

Bukannya memindahkan ikan-ikan ke danau lain, bangau itu justru memakan mereka satu per satu. Kepiting yang dari awal curiga dengan ide bangau menawarkan agar dirinya dibawa juga. Awalnya bangau kaget, namun dari lubuk hatinya dia sesekali ingin jenis makanan baru, yaitu kepiting. Kepiting naik dalam mulut bangau, selama penerbangan kepiting tidak melihat adanya danau, ketika mendarat, mulut bangau bersiap menyantap kepiting, namun kepiting kemudian mencapitnya erat-erat sehingga bangau berteriak. Kepiting mencapit leher bangau, hingga bangau itu tak berdaya."

"Itu bukan tentang sesuatu yang terbang, melainkan ada tokoh yang bisa terbang," ucap Sapi Gempal.

"Aku membayangkan dia adalah si bangau yang jahat, dan kita adalah ikan-ikannya. Ah, seharusnya aku tidak menceritakan cerita itu. Jangan sampai hewan aneh itu memakan kita."

Tuan membuka pintu kandang sapi, berjalan seolah mencari sesuatu. Sapi-sapi langsung menghindar begitu Tuan mendekat. Matanya tertuju pada Sapi Gempal, dia seperti siap memangsa. Tuan segera mendekati Sapi Gempal yang terpojokkan sampai mengenai pembatas besi. Tuan menarik tali yang terikat di leher sapi itu, mau tak mau, Sapi Gempal mengikuti tarikan Tuannya.

"Sapi Gempal!" seru Sapi Berpunuk.

"Sapi Berpunuk!" seru Sapi Gempal berusaha melawan, namun percuma karena lengan Tuannya yang kuat dan terlatih sudah terbiasa menangkis perlawanan hewan ternakannya.

Tuan mengeluarkan Sapi Gempal dari kandang, ia memasangkan tali dari kendaraan yang bisa terbang ke perut Sapi Gempal, simpul tali melingkar seperti cengkeraman burung yang membawa daun.

"Lihat, akhirnya dia pergi juga. Hampir saja aku tertular penyakit pileknya," ucap Sapi Hitam menyeringai.

"Jadi kamu menjauhinya karena dia sakit?" tanya Sapi Berpunuk.

"Ya, dia punya gejala flu sapi yang dialami oleh Sapi Kurus minggu lalu. Kamu tidak tahu?"

"Bukan karena dia bermimpi untuk terbang?"

"Aku tidak peduli dengan mimpi. Aku lebih suka Tuan yang realistis menjaga semua sapi sehat di sini, memang pantas yang sakit harus disingkirkan sebelum penyakit itu menular. Dan kamu sebaiknya berharap agar penyakit teman lamamu itu tidak tertular padamu."

Sapi Berpunuk diam di tempat memandangi Sapi Gempal dari kejauhan. Tuan masuk ke kendaraan, Sapi Gempal tak tahu harus berbuat apa. Suara berisik terdengar memekik, Sapi Gempal merasa kakinya melayang, menjauh dari tanah pijakan. Tak lama, Sapi Gempal merasa dirinya terbang, disadarinya kemudian bahwa dia memang benar-benar terbang.

Dia melihat teman-temannya yang terlihat seperti semut, pepohonan yang dari atas terlihat mengecil, langit yang terasa begitu dekat, awan-awan terasa bisa dicapai. Buih-buih air mengalir dari lubang hidung dan mulutnya, untuk pertama kali Sapi Gempal ingin muntah. Terbayang yang membawanya adalah si bangau yang akan memakan ikan, mungkin dia nanti akan mati dimakan kendaraan yang membawanya. Tapi keinginan itu sirna begitu burung-burung di sekitar kaget melihat sapi terbang, mereka memuji kehebatan dan keberanian Sapi Gempal.

Mataram, Juli 2022

Nuraisah Maulida Adnanilahir di Tulungagung, Jawa Timur, 27 Januari 2001. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Mataram. Bergiat di komunitas Akarpohon, juga mengelola perpustakaan Teman Baca, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat




(mmu/mmu)

Hide Ads