Dilarang Meludahi Putri
Seharusnya, sejak dulu aku ceritakan kepadamu, tentang seorang Perempuan bernama Putri yang begitu sakti barangkali kejadiannya tak akan seperti ini. Tapi maaf, bahkan sebelum aku selesai merangkai kata-kata di gawaiku, hal yang ajaib terjadi. Aku kemalingan. Dan ironisnya gawaiku satu-satunya barang yang raib digondol itu maling sialan. Kebetulan sekali, bukan? Bedebah memang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi aku bayangkan, mungkin kau saat itu akan membantah. Kau pasti akan berkata, tidak semua orang yang bernama Putri itu sakti. Mungkin kau akan menyebutkan seorang temanmu yang sama-sama kita ketahui. Meskipun aku pasti akan balik berkata, bahwa kasusnya akan berbeda sebab kau tak meludahinya. Lalu kau pasti akan mendebatku dan menuduhku percaya dengan takhayul, mitos, dan segala macam ocehanmu yang tak akan ada habisnya.
Butuh waktu yang cukup lama hingga akhirnya aku bisa membeli gawai baru dan mencoba untuk merangkai kata-kata lagi. Tapi nahas yang terjadi. Mendadak kau pergi meninggalkan dunia dengan segala misteri yang menghebohkan jagat raya ini. Ada perdebatan yang ketat tentang bagaimana kau mati. Ada berita simpang siur yang mengatakan bahwa kau terlibat sesuatu yang sangat berbahaya. Bahkan ada pula yang menuduh-nuduh kau terlampau melewati batas. Tapi aku yakin sekali, pasti kau terkena ludah beracun si Putri. Ludah yang konon bisa berubah wujud menjadi timah panas, besi panas, dan lain-lainnya. Aduh. Jika saja kau mendengar ceritaku sebelum semua itu terjadi.
Tidak bisa tidak. Sebelum ada kau-kau yang lainnya, Aku benar-benar harus menyelesaikan cerita ini. Tapi hal ajaib terjadi lagi. Sebelum cerita rampung, aku kembali disatroni maling. Kali ini gawaiku selamat. Namun yang hilang adalah kepalaku.
Kupu-Kupu Malam Hari
Kupandangi dengan seksama kupu-kupu yang hinggap di dinding di tempat aku berjualan. Lekuk tubuhnya, sayap hitam dengan bercak-bercak hijau yang mendominasi hampir di seluruh sayapnya. Manisnya, pikirku. Beberapa saat kemudian kupu-kupu itu kembali mengepakkan sayapnya, berputar mengelilingi lampu. Kepakannya yang gemulai itu seakan-akan mempertunjukkan sebuah tarian yang indah kepadaku. Sial, batinku. Hidupku terlalu sepi, hingga bahkan tarian kupu-kupu itu membuat diriku terhibur.
Kupu-kupu telah lama pergi. Berpasang-pasang muda-mudi silih berganti mampir ke tempatku. Aku berpikir, mungkin ini rejeki yang dibawa oleh kupu-kupu tadi. Hampir tengah malam, ketika aku sibuk beberes, sebuah sepeda motor berhenti di depan warungku. Seorang perempuan muda, dengan dress hitam polkadot warna hijau menyapaku dengan ramah.
"Masih buka, Mas?"
Entah kenapa mulutku terkatup dan pikiranku mendadak teringat kupu-kupu yang tadi menari-nari di hadapanku. Pandanganku pun terpaku kepada wujud perempuan muda itu. Ah, barangkali Ia juga akan menari-nari di hadapanku?
Matinya Kupu-Kupu
Kurasa, kau tak benar-benar mati.
Setiap kali aku mengecek aplikasi hijau di mana aku menemukanmu, aku masih mendapati akunmu online. Syukurlah, setidaknya kehadiranmu di dunia maya cukup bisa menyembunyikan keberadaanmu sementara waktu.
Aku baru saja selesai membersihkan diriku, ketika tiba-tiba bayanganmu hadir kembali. Dan rasa sakit hati ketika aku menemukan fakta bahwa kau menjual diri di aplikasi hijau itu pun kembali hadir. Aku kembali terbakar oleh amarahku sendiri. Amarah yang tadi sempat membuatku terpaksa mengatur janji denganmu lewat akun samaran, menyepakati pembayaran yang jauh lebih tinggi dari yang kau tawarkan dan kemudian menghabisi nyawamu dengan tanganku sendiri.
Aku sempat beberapa kali mengirimkan chat, meskipun aku tau tidak akan ada balasan darimu. Cukup bagiku.
Mandi Hujan
Budi Kecil kuyup menggigil. Hujan masih turun begitu derasnya. Hal yang membuat Budi Kecil urung menghentikan kesenangannya bermain hujan-hujanan. Namanya juga bocah, kalau hujan belum reda pantang pulang ke rumah.
Segerombolan lelaki bertampang seram lari tergopoh-gopoh melewati Budi Kecil yang nampak asyik berlari-larian ke sana kemari. Beberapa orang yang mengenali Budi Kecil berteriak memanggil-manggil namanya tapi Budi kecil sepertinya tidak paham dengan situasi yang terjadi.
Dhuaarr.. Dar.. Dar.. Dar....
Suara petir yang menggelegar berpadu dengan suara letusan senjata api yang entah dari mana asalnya, berbunyi berbarengan.
Budi kecil ambruk tiba-tiba.
"Budi...!!!" seru ibunya. "Bangun, Nak!"
Budi Kecil terkulai tak berdaya di pelukan ibunya, hingga pada akhirnya Budi Kecil harus kehilangan nyawanya karena banyaknya peluru yang bersarang di tubuhnya.
Aku Hebat, Kan, Pa?
Namaku Mario, bukan Maria. Dengan penuh pengharapan Papa memberikan nama itu kepadaku. Tapi entah kenapa setiap ada yang meledekku dan memanggilku Maria, aku rasanya tak bisa marah. Ada sebagian kecil dari diriku yang entah kenapa nyaman dengan panggilan itu. Tapi Papa selalu marah kepada orang-orang itu dan berusaha membentuk diriku menjadi lelaki yang tangguh.
Papa memberiku seperangkat alat gym lengkap dengan samsak tinju. Tapi entah kenapa setiap kali disuruhnya berolahraga, aku merasakan malas yang begitu dahsyat. Sesekali bahkan Papa menunjukkan kepadaku kiat-kiat menjadi lelaki tangguh, meskipun pada praktiknya, gerakan Papa jauh lebih gemulai dari padaku.
Mama sepertinya membenciku, rasanya seperti Mama membenci musuhnya, yaitu Papa. Mungkin sebab itu, aku bukanlah kebanggaan Mama. Bukan seperti kedua kakakku. Sedangkan aku tidak mengerti dengan Papa. Yang jelas, satu waktu aku pernah membawa teman perempuanku menginap di rumahku. Papa diam saja. Sedangkan Mama tak pulang malam itu.
Jangan tanya kenapa aku kurang bisa mengontrol emosiku. Tubuhku seperti dihuni oleh dua jiwa. Mario dan juga Maria. Belakangan aku seperti tidak bisa mengontrol kehadiran Maria. Kau tahu kan bagaimana perasaan perempuan ketika datang bulan hari pertama? Begitulah selalu perasaanku, saat Maria mengambil alih tubuh ini. Jangan sampai ada yang salah sedikit. Hingga datang bisikan iblis yang sejujurnya aku kurang paham permasalahannya, tiba-tiba saja aku seperti hilang akal dan membabi-buta. Yang aku ingat, aku harus menjaga harkat dan martabat wanita. Mungkin ini yang Mama mau dan juga yang Papa selalu ingin aku lakukan.
Seperti kerasukan Superman dengan kekuatan kosmiknya, aku bahkan tidak sadar bahwa aku telah mencelakai seseorang yang bahkan aku tidak kenal. Tapi lelaki sejati tidak akan pernah lari dari masalah. Barangkali ini jadi ajang pembuktian kepada Papa maupun Mama bahwa aku ini lelaki sejati.
"Aku hebat, kan, Pa?" tanyaku pada Papa saat ia mengunjungi di penjara. Papa hanya terdiam.
Tuhan Maha Baik
Aku rasa, bila berdoa janganlah meminta hal-hal yang belum tentu sanggup kita menerimanya jika Tuhan mengabulkan doa kita. Beginilah agaknya yang akan terjadi.
Setiap malam Vina berdoa dengan khusyuk, dengan airmata yang selalu saja tumpah dari kedua matanya. Doanya cuma satu, ia ingin jadi terkenal agar bisa mengubah kehidupannya dan keluarga. Tuhan Maha Baik. Dalam satu malam Vina menjadi terkenal. Namun sayangnya ia menjadi viral karena video seksnya disebarkan oleh mantan pacarnya yang kesal kepadanya. Konon kabarnya, bapaknya terpaksa mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup menghadapi kenyataan ini.
Tak setiap doa yang diijabah dirapalkan dengan khusyuk. Sebab Putri tak pernah khusyuk berdoa. Tapi ada satu keinginannya yaitu mempunyai pasangan yang kaya raya dan mampu menopang hidupnya dikabulkan oleh Tuhan. Tuhan Maha Baik. Dia dipertemukan dengan seorang juragan tanah yang hartanya berlimpah. Namun nahas, baru pertama kali ia pergi ngamar dengan pacarnya itu, tiba-tiba istri sah dari juragan tanah itu menggerebeknya. Namun tak sampai di situ, sang istri sah mengadukannya ke kantor polisi yang membuatnya terancam dipidana. Nasib.
Sadar bahwa tampilannya kurang menarik kaum hawa, Udin berusaha keras untuk menyiasatinya dengan dengan harta dan juga tahta. Sambil berusaha, Udin tak putus berdoa agar dipertemukan dengan jodoh yang bisa memperbaiki keturunannya. Hasil tak akan mengkhianati usaha apalagi ditambah doa. Tuhan Maha Baik. Udin berhasil memikat seorang wanita yang cantik. Segalanya berjalan lancar, dengan segala keyakinan Udin melamar pujaan hatinya. Bak gayung bersambut, wanita itu menerima pinangannya. Udin bahagia bukan kepalang dan tentunya tak sabar menunggu hari pernikahannya.
Dua hari menjelang pernikahannya, Udin mendapati satu kenyataan.
"Kamu di mana?" tanya Udin melalui telepon.
"Aku di rumah," jawab wanita itu.
"Lalu siapa yang aku lihat di lobi hotel A ini?" balas Udin. "Asuuu."
Mengamati dan melihat beberapa fakta yang terjadi, aku mulai merenungi nasibku. Apakah aku pernah berdoa dengan sungguh-sungguh? Dulu aku pernah berdoa, ketika ibuku di meja operasi. Aku berdoa untuk keselamatannya. Aku lupa bagaimana berdoanya. Namun yang jelas, di usia yang menjelang 40 tahun ini, rasanya jauh sekali aku dari kata bahagia.
Perempuan yang Mencintai Kematian
Perempuan itu bukan ingin mati. Meskipun pada akhirnya ia akan tahu juga bahwa hidup hanyalah perulangan dari seribu kali kematian. Dan dari satu kehidupan ke kehidupan yang lainnya, ia sadar, cinta hanyalah akan mengantarkannya kepada penderitaan. Ketika mencintai seseorang maka ia harus merelakan kekasihnya pergi, hilang dari kehidupannya. Semacam kutukan yang harus ia terima, meskipun belakangan ada begitu banyak pelajaran yang ia dapatkan dari kehidupan-kehidupannya yang telah lalu.
Konon, kekasihnya terkena kutukan abadi. Menjadi pencabut nyawa sebab ulahnya di kehidupan sebelumnya. Setiap tengah malam, telinga riuh ramai dengan suara-suara jeritan, suara kesedihan, suara aneh yang seakan menuntunnya untuk mengambil satu nyawa secara acak dan suara itu baru berhenti setelah ia melakukan perbuatan itu. Di mata hukum dan orang-orang barangkali ia adalah psikopat. Di matanya dan juga Dewa-Dewa ia adalah pencabut nyawa. Begitulah, lelaki itu akhirnya hidup dari satu kematian ke kematian lainnya.
Ada satu ketentuan yang pasti bahwa perempuan itu kelak yang akan menyelamatkan lelaki itu dari kegilaan yang dilakukannya. Semacam takdir, lelaki itu akan membuat perempuan itu jatuh cinta kepadanya. Dan ketika perempuan itu benar-benar jatuh cinta kepadanya, Lelaki itu pasti akan meninggalkannya lewat kematian yang tragis.
Kini di kehidupannya yang ke seribu, lelaki itu sudah tahu bahwa perempuan yang saat ini dia dekati adalah perempuan yang menjadi takdirnya. Tugasnya hanya satu, membuat perempuan itu jatuh cinta kepadanya.
Ada semacam kenangan-kenangan yang melintas di kepala perempuan itu. Hanya saja yang terlihat jelas hanya kematian-kematian yang tragis dari lelaki yang dicintainya dan selebihnya hanya kepedihan dan penderitaan yang ia lalui dari kehidupan-kehidupan yang telah ia jalani. Tapi cinta di dalam hatinya tidak bisa ia bendung lagi.
"Kok Du-ssiii, aku mencintaimu!" ucap perempuan itu dengan sungguh-sungguh.
"Ucapanmu indah sekali," jawab lelaki itu lirih. "Kamu harus bahagia!" sambungnya sebelum tiba-tiba tubuhnya raib menjadi debu.
"Kok Du-ssiiii..."
Pecah tangis perempuan itu.
Paradoks
"Berikan aku sepuluh lelaki yang patah hatinya, maka akan aku jadikan sakit hati mereka menjadi kekuatan," ucap motivator cinta itu dengan begitu menggebu-gebu, sambil terus-menerus mengusap pipinya yang basah oleh air mata.
Cepu, Blora, 2023
Nurdiansyah Oemar lahir di Jakarta; saat ini tinggal dan menetap di Cepu, Blora, Jawa Tengah
(mmu/mmu)