Jakarta -
Bukan
Garin Nugroho namanya kalau tidak mampu menggabungkan tiga hal artistik di atas panggung teater. Ada film, tarian, dan nyanyian dari pertunjukan
'Planet Sebuah Lament' yang digelar untuk umum mulai malam ini.
Layar putih terkembang di atas panggung Teater Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM). Film hitam putih yang menampilkan seorang perempuan berjalan di atas pasir berjalan perlahan, dari balik layar muncul perempuan menyanyikan lament atau lagu ratapan.
Lagu kesedihan setelah bencana alam terdengar menyayat hati dari suara yang dinyanyikan. Giliran komposisi paduan suara yang diisi oleh Mazmur Chorale Choir asal Kupang bernyanyi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Planet Sebuah Lament': Ode dari Melanesia Foto: IMAGE DYNAMICS/ Istimewa |
Alunan musik, suara yang syahdu dan menyayat hati makin terasa di tiap babak. Lament tak hanya bertransformasi menjadi sebuah lagu saja, namun juga menginspirasi gerakan yang dimainkan para pemain.
Kondisi negara yang hancur lebur, hanya telur yang menjadi penyemangat dan sumber 'energi'. Burung kasuari bersama perempuan utama saling menjaga adanya telur tersebut.
Di tengah penyelamatan terhadap telur, monster-monster yang terangkai dari plastik-plastik yang ada di bumi semakin jahat. Mereka ingin mengambil telur dan menelannya.
Upaya menjaga lingkungan ditampilkan sutradara dan penulis naskah
Garin Nugroho dalam 'Planet Sebuah Lament'. Garin menyinggung persoalan bencana alam dan iklim yang semakin tak menentu di Indonesia.
"Ratapan ini dihidupkan dari lagu-lagu lament yang sudah kami kumpulkan. Kami ingin mengajak semua orang agar bersama dan bangkit dari keterpurukan setelah bencana alam melanda," ujar Garin ditemui di Teater Jakarta, kompleks TIM, Jakarta Pusat.
'Telur raksasa' yang dihadirkan di atas panggung disimbolkan sebagai kekuataan. Serta menggabungkan imaji dan kata yang ada di dalamnya.
Telur raksasa juga menjadi simbol sebuah kekuatan untuk menggabungkan imaji dan kata. Gerakan ritmik dari para penari ini akan diiringi musik yang digarap oleh tiga komposer muda, yaitu Septina Layan, Taufik Adam, dan Nursalim Yadi Anugerah.
Setelah film 'Kucumbu Tubuh Indahku' sampai 'Setan Jawa', Garin semakin mengukuhkan namanya di ranah seni. 'Planet Sebuah Lament' menjadi perayaan maupun ode (puisi lirik) dari budaya Melanesia serta tontonan menarik di awal 2020.
Halaman Selanjutnya
Halaman