Kudus -
Bintang film 'Ratu Ilmu Hitam' dan 'Gundala',
Putri Ayudya bercerita kesan adanya pelajar berteater di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, akhir pekan lalu. Hal itu sama seperti dirinya yang juga malang melintang belajar teater.
Hal itu disampaikannya saat konferensi pers Festival Teater Pelajar di GOR Djarum Kaliputu, Kudus. Diketahui, dia menjadi satu di antara tiga tim juri festival tahunan tersebut. Ada delapan kelompok teater pelajar berkompetisi.
"Tidak bisa dilupakan sama anak-anak ini, nanti begitu mereka besar. Ke depan, karena keterikatannya (berteater) bukan cuma keterikatan daya fisik, daya pikir, tapi juga perasaan. Biasanya kalau sudah menyangkut perasaan, susah nih. Mau move on, agak-agak PR nih," kata Putri Ayudya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang menarik adalah kalau teman-teman sering sekali, karena saya sebagai aktor, kita sering memiliki jalan masuk, jalan keluarnya susah. Biasanya sama. Yang banyak dilihat adalah bagaimana proses menuju sesuatu, tapi bagaimana proses meninggalkan sesuatu," tambah dia menceritakan keasyikan ikut teater.
"Aku enggak tahu dengan teman wartawan apakah sudah pernah melihat atau riset tentang apa yang terjadi pada sebuah grup teater setelah mempertunjukan yang besar, yang masif, dan memakan banyak tenaga. Setelahnya that's what?" ujarnya.
Biasanya dalam satu kelompok teater seperti teater pelajar, satu sama lain anggotanya menjunjung tinggi silaturahim. Syukur-syukur nantinya ada anggota teater dulu, akhirnya membentuk kelompok teater baru.
"Menurut saya untuk bisa melakukan moving forward, maju dari situ, melakukan hal besar dan bermakna bagi diri sendiri. Setelah selesai dari SMA, lulus pada pisah-pisahan, tadiya satu teater, kemudian mendirikan teater sendiri-sendiri dan tetap berkoneksi satu sama lain, itu membutuhkan suatu skill yang besar, membutuhkan sesuatu kerekatan yang baik satu sama lain dan juga proses belajar," ungkap dia.
Menurut alumnus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tahun 2010 ini proses belajar adalah hal yang penting. Dalam proses belajar itu, tidak sekadar belajar kemudian pulang. Tapi ada hal baru yang didapat.
"Sebagai anak psikologi, saya merasa bahwa proses belajar adalah hal yang penting untuk ditanamkan dari kecil. Kita nggak bisa proses belajar, masuk dalam kelas dan kelar begitu saja. Tetapi dari proses belajar harus ada hasil yang bener, harus ada informasi bertambah, harus ada perilaku yang berubah, menyesuaikan dengan kadaan," beber perempuan kelahiran Jakarta, 20 Mei 1988 ini.
"Nah
teater sejauh ini memberikan saya itu dan teater juga yang membuat saya berada di sini, meskipun profesinya pemain film, produser film, tapi akhirnya baliknya ke teater juga," ujar dia.
Dia berpendapat pula bahwa teater merupakan panggung kehidupan yang nyata. Mulai dari aksinya, hingga semua hal yang berjalan dalam kehidupan hampir serupa dengan kehidupan. "Saya merasa sekali lagi dunia ini adalah panggung sandiwara. Itu benar sekali. Kenapa pada hakekatnya teater ini nih yang paling persis sama kehidupan.
"There in no action, no cut, no remove, no re take, everithing is just one take okey," tambah mantan presenter acara Jejak Petualang ini.
Teater, lanjut dia, adalah tempat belajar yang baik untuk pelajar dan aman serta indah. "Menurut saya teater akan menjadi lahan sangat indah, lahan yang aman dan sekaligus laboratorium yang sehat untuk anak-anak," ujarnya.
"Menurut saya dengan adanya festival teater ini, perayaan yang terbesar untuk memaknai itu semua. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha, semoga perjalanan festival pelajar ke-12 ini akan terus bermakna bagi yang lain," pungkas dia.
Halaman Selanjutnya
Halaman