Selama 3 jam lamanya, penonton akan melihat perjuangan Jian dan Juhro yang merupakan warga kolong jembatan terhimpit oleh kondisi sosial ekonomi. Keduanya harus berjuang di kejamnya kota.
Di akhir cerita, tak ada penyelesaian dari lakon tersebut. Setiap karakter tetap pada 'kekacauan' masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia kembali melanjutkan, "Kita dengarkan suara Juhro. Kita cari lagi kejujuran apa masih ada di diri kita. Kita ternyata cuma jadi mainan penguasa aja. Ya, chaos-chaos saja pada akhirnya."
Setelah 40 tahun berlalu, lakon yang perdana dipentaskan pada 1979 ini dianggap Rangga masih relevan dengan masa sekarang.
"Saya merasa kisah yang disajikan dalam lakon ini tidak lekang oleh waktu. Kondisi kini tidak sama seperti dulu, tapi tetap ada hal-hal yang tidak berubah. Akan selalu ada orang-orang jujur dan orang-orang yang korup. Mungkin, kekuasaan dan kejujuran tidak akan pernah bisa sejalan," pungkasnya
(tia/kmb)