Tentang Jian, Juhro, dan Penguasa Korup di 'J.J Sampah-Sampah Kota'

Review

Tentang Jian, Juhro, dan Penguasa Korup di 'J.J Sampah-Sampah Kota'

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 08 Nov 2019 19:10 WIB
1.

Tentang Jian, Juhro, dan Penguasa Korup di 'J.J Sampah-Sampah Kota'

Tentang Jian, Juhro, dan Penguasa Korup di J.J Sampah-Sampah Kota
Foto: Istimewa/Teater Koma
Jakarta - 40 tahun berlalu, lakon 'J.J Sampah-Sampah Kota' hadir lagi. Tampil dengan gaya kekinian dan muda, Teater Koma sukses membuai para penggemar setianya selama 3 jam.

Lakon 'J.J Sampah-Sampah Kota' bukan sembarang naskah yang ditulis Nano Riantiarno. Pada 1978, Nano diundang ke Iowa, AS, untuk residensi dan bermukim menulis naskah teater. Di sana, kerjaan Nano hanya menulis dan menulis naskah.

Sepulang dari AS, 'J.J Sampah-Sampah Kota' pun jadi dan dipentaskan pada 1979. Latarnya 1969 saat era Orde Baru muncul, ketika sekat antara kaum miskin dan orang kaya kontras terasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam lakon 'J.J Sampah-Sampah Kota' masih menceritakan hal dan karakter sama. Di bawah kolong jembatan, hiduplah Jian dan Juhro di gubuk. Jian bekerja sebagai kuli pengangkut sampah dan digaji harian. Juhro yang sedang hamil tua, hidup bahagia bersama Jian.




Permasalahan baru dimulai ketika Juhro yang segera melahirkan butuh biaya tak sedikit. Suatu hari, Jian dan Tarba (sesama pengumpul sampah) menemukan tas berisikan segepok uang. Kawan Jian ingin menggunakan untuk kehidupan sehari-hari tapi Jian menolaknya.

"Yang kita butuhkan cuma hal-hal kecil, makan seadanya, bisa tidur tenang, tidak sakit supaya bisa terus bekerja. Ngurus perubahan nasib cuma bisa jadi pikiran kacau, nantinya jadi serakah," ucap Jian.

Tentang Jian, Juhro, dan Penguasa Korup di 'J.J Sampah-Sampah Kota'Foto: Istimewa/Teater Koma
Sayangnya kejujuran Jian diperdaya oleh permainan Tiga Mandor dan Mandor Kepala yang mengurusi kawasan tersebut. Antara kejujuran seorang manusia dan penguasa yang korup menjadi alur inti bagi 'J.J Sampah-Sampah Kota'.

"Zaman dulu dan sekarang saya rasa relevan ya dengan lakon ini. Ketika penguasa kekuasaan tertinggi pura-pura mati menyaksikan kekacauan yang terjadi di kalangan bawah," ujar sutradara, Rangga Riantiarno.

Tak hanya cerita yang kontekstual saja, artistik tata panggung lakon kali ini patut diacungi jempol. Detail perkampungan kumuh, sampah-sampah, suasana kolong jembatan menambah nilai plus. Tak ingin ketinggalan zaman, teknologi multimedia kreasi Bulqini pun menambah khidmat karakter Mandor Kepala.


Ketika Rangga Riantiarno menyutradarai 'Antigoneo' pada 2011, banyak penonton dan media yang mengkritik habis-habisan. Dibilang bukan khas Teater Koma, minim pemain, dan segala hal lainnya. Kini Rangga kembali dipercaya oleh Nano Riantiarno yang merupakan pendiri, penulis naskah sekaligus sutradara Teater Koma untuk menyutradarai 'J.J Sampah-sampah Kota'.

Regenerasi kursi sutradara tampaknya tepat dipegang Rangga. Putra pertama Nano dan Ratna Riantiarno itu memang terbiasa dengan tradisi teater dan menjadi aktor pertunjukan.

Akting Rangga tak diragukan lagi dalam setiap lakon. Ia hampir tak pernah absen bermain teater. Bagi penonton 'J.J Sampah-Sampah Kota' yang sudah menonton, Rangga sukses menyutradarai lakon yang berusia 40 tahun tanpa satu lecet pun.

Sekali lagi, Rangga membuktikan Teater Koma berhasil regenerasi para pemain, kru, termasuk bangku penyutradaraan. Ketika menonton, detikcom tidak melihat adanya perbedaan pertunjukan yang disutradarai oleh Nano maupun Rangga.


Dua kemampuan dan kekuataan ayah dan anak seakan menyatu dan melebur menjadi Teater Koma. Hanya Teater Koma secara kelompok, tidak muncul gumaman, misalnya, pentas yang disutradarai 'Nano yang kelihatan lebih hebat' atau 'Oh anaknya yang jadi sutradara, pantas masih kurang'.

Dari bangku penonton, Teater Koma menjadi satu kesatuan. Di usia yang menginjak 43 tahun, mari doakan Teater Koma yang akan terus pentas tanpa titik di tahun-tahun berikutnya, meski lokasi Gedung Kesenian Jakarta dan TIM sedang direnovasi sampai 2 tahun berikutnya.

Selamat Teater Koma, Selamat Rangga Riantiarno! Seperti kata produser, Ratna Riantiarno, "Kadang perubahan membuat kita ragu. Kadang membuat kita cemas. Kadang membuat kita takut. Tapi, banyak yang lupa bahwa sebagian besar perubahan yang dilakukan oleh manusia dibuat dengan berlandaskan satu hal. Harapan."

Teater Koma menggelar produksi ke-159 yang dibuka malam ini sampai 17 November 2019 di Gedung Graha Bhakti Budaya, kompleks TIM, Jakarta Pusat.

Hide Ads