Apa yang biasanya kamu suka dari pertunjukan tradisi wayang? Ada dalang yang memainkan wayang kulit di balik layar yang disinari lampu atau cerita dalam pewayangan yang dimainkan dalang?
Di pertunjukan wayang bocor, wayang tak lagi dinilai sebagai tradisi tapi dibuat kontemporer dan kekinian buat generasi muda. Perupa asal Yogyakarta Eko Nugroho yang membuat konsep wayang bocor dengan naskah berjudul 'Permata di Ujung Tanduk'.
Pentas selama satu jam lamanya itu menceritakan tentang perjuangan seorang perempuan dari hamil sampai melahirkan. Alkisah ada seorang perempuan di hutan harus berjuang membesarkan buah hati ketika ditinggal pria yang dicintainya.
Ruang pamer Dia.Lo.Gue Artspace diubah tim wayang bocor menjadi panggung pementasan. Setiap pemain keluar masuk dari berbagai sudut ruangan dan membaur dengan penonton. Tak ada jarak antara panggung dan yang menonton.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wayang Bocor Ibarat 'Gado-gado' di Setiap Pertunjukannya
Foto: Wayang Bocor (Agnes/detikcom)
|
"Kalau dilihat tadi, tidak hanya wayang tapi ada ketoprak, dagelan, dangdutan campur sari, dan ada kesenian tradisinya juga," tutur Eko diwawancarai detikcom usai pertunjukan di Dia.Lo.Gue Artspace, Jalan Kemang Selatan, Jakarta Selatan, Kamis (24/10/2019).
Wayang bocor, lanjut Eko, adalah platform kesenian yang mengajak setiap seniman untuk berkolaborasi. Di setiap pementasan, tim Eko Nugroho punya satu patokan atau naskah cerita tapi mereka kerap bereksperimen.
"Ini yang menarik dan selalu membuat antusias karena selalu eksperimen kayak gini. Kita nggak akan tahu next-nya akan seperti apa ceritanya," katanya.
Ia menambahkan, eksperimen kali ini adalah isu mengenai korupsi dan perpindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan. 'Guyonan' di setiap lokasi penyelenggaraan akan berubah, tergantung tempat pertunjukan.
Pentas wayang bocor 'Permata di Ujung Tanduk' yang digelar dalam rangka 'Royo-royo' masih ada sampai Minggu (28/10/2019). 'Royo-royo' digelar oleh Kelola dan Dia.Lo.Gue Artspace.