Berusia 70 Tahun, Rahayu Supanggah Masih Belum Purna

Berusia 70 Tahun, Rahayu Supanggah Masih Belum Purna

Bayu Ardi Isnanto - detikHot
Jumat, 20 Sep 2019 14:45 WIB
Foto: Bayu Ardi Isnanto/ detikcom
Solo - Tepuk tangan riuh terdengar usai pentas musik karawitan dan tari bertajuk Guyub di Teater Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Menjadi spesial karena pentas dimainkan oleh gabungan dosen, mahasiswa, dan alumni ISI Surakarta.

Pertunjukan ini khusus disajikan sebagai penghormatan kepada Prof Dr Rahayu Supanggah yang usianya mencapai 70 tahun. Panggah menyelesaikan tugasnya sebagai pengajar di ISI Surakarta.

Di akhir acara, seluruh pemain, dosen, dan mahasiswa menyalami pria kelahiran Boyolali itu. Tak sedikit yang meminta foto ataupun sekadar meminta doa restu agar dapat sesukses Panggah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sosoknya yang sederhana terlihat saat dia menyampaikan sambutan di hadapan hadirin. Masalah kesehatan yang ia alami pun mampu dia olah sebagai sesuatu yang lucu.



"Kalau saya kelasnya VIP. Karena memberi sambutannya dengan duduk," katanya disambut tawa hadirin.

Ratusan karya sudah ditelurkan selama Panggah berkecimpung di dunia musik, terutama seni karawitan. Tak hanya di daerah ataupun nasional, Panggah sudah melanglang buana membawa karyanya yang mendunia.

Salah satu karya yang paling berkesan baginya ialah I La Galigo, karya sastra Bugis yang dipentaskan dalam bentuk teater. Panggan yang menjadi komposer dinilai mampu menyajikan musik yang spektakuler.

'I La Galigo' mulai digarap sejak 2001 dan baru dipentaskan secara perdana pada 2004 di Singapura. Pentas ini kemudian juga digelar ke sejumlah negara lain.

Berusia 70 Tahun, Rahayu Supanggah Masih Belum PurnaFoto: Bayu Ardi Isnanto/ detikcom


Panggah juga sempat berkolaborasi dengan sejumlah seniman dunia, seperti Peter Brook, Toshi Tsuchitori, dan Sardono W Kusumo. Penghargaan yang dia raih, antara lain Penata Musik terbaik FFI untuk film 'Opera Jawa' (2006) dan The Best Composer Hong Kong International Film Festival 2007.



Meski kini dia sudah pensiun sebagai guru besar di ISI Surakarta, Panggah mengaku masih akan terus berkarya. Kondisinya yang sakit sejak dua tahun lalu, tak menjadi alasan untuk berhenti berkarya.

"Tidak masalah sakit, tetap harus berpacu dalam kekaryaan. Kalau sudah bermain dengan gamelan ini sudah lupa kalau sakit," ujarnya.

Dalam waktu dekat, Panggah bersama kelompok musiknya akan tampil di Jakarta dalam rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional. Acara akan berlangsung 7 Oktober 2019.

Tahun depan, Panggah juga akan tampil di Paris, Prancis dalam pertunjukan Setan Jawa bersama Garin Nugroho. Acara akan berlangsung pada Maret 2020. "Ini juga sebagai pelestarian gamelan sebagai warisan budaya kita," ujarnya.

Penghormatan juga diberikan oleh Rektor ISI Surakarta, Guntur. Rahayu Supanggah, meskipun sudah pensiun akan tetap dibutuhkan oleh ISI Surakarta.

"Memang beliau sudah pensiun. Akan tetapi kami tetap membutuhkan beliau sebagai akademisi ataupun seniman. Dalam momen tertentu, pasti kami butuh berbagi ilmu. Karena beliau ini sudah diakui internasional," pungkasnya.



Simak Video " Video: Melihat Patung Biawak di Wonosobo yang Viral gegara Mirip Asli"
[Gambas:Video 20detik]

(bai/tia)

Hide Ads