Perjalanan Paguyuban Swargaloka sudah dimulai sejak 17 Juni 1993 silam. Berusia lebih dari seperempat abad, setiap tahunnya kelompok yang memproduksi pertunjukan drama wayang selalu unjuk gigi.
Tahun ini Swargaloka mementaskan drama wayang 'Sang Penjaga Hati' yang diambil dari cerita Mahabarata. Bukan seperti drama wayang tradisional yang menggunakan bahasa Jawa, namun justru lebih kekinian dan kontemporer sekali.
"Untuk menemukan format baru drama wayang seperti ini panjang. Dari ide sederhana sebuah wayang. Unsur-unsur klasik masih terasa tapi kami memang ingin lebih milenial," ujar sutradara sekaligus penulis naskah, Irwan Riyadi saat diwawancarai usai pertunjukan, Senin (17/6/2019).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak 13 tahun yang lalu, Swargaloka kerap mencari bentuk-bentuk baru dalam drama wayang. Secara perlahan, mereka menambahkan unsur kontemporer dalam gerak tari, musik, lagu-lagu hingga naskah yang sengaja berbahasa Indonesia.
Sampai produksi terbarunya 'Sang Penjaga Hati' yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta semalam, unsur kontemporer terasa sekali tanpa meninggalkan tradisi khas drama wayang.
"Tradisi tidak pernah berhenti, terus berjalan. Kalau berhenti jadi monumen. Kita wajib mengisi dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Bukan berarti klasik tidak baik tapi tetap disesuaikan bagi penonton muda dan orang tua yang berjiwa muda," tukasnya.