Karya yang tampak mencolok dan berada di ruang pamer bagian tengah Museum MACAN itu menghadirkan berbagai obyek. Kemudian obyek-obyek tersebut dihadirkan kembali dan dipajang khusus untuk museum.
"Sebenarnya proses obyek-obyeknya dari sebelum Reformasi. Karena kan disatukannya setelah zaman Soeharto. Ini karya zaman Reformasi yang pernah dipamerkan di Rumah Seni Cemeti Yogyakarta pasca 1998," ujarnya ketika berbincang dengan detikHOT di Museum MACAN Jakarta, kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (29/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di karya tersebut ada berbagai macam obyek. Di bagian atas ada tulisan huruf Arab 'Innalillahi wa inna illahi rojiun', lukisan besar potret dirinya dan keluarga bertuliskan 'Visit Indonesian Years'.
Tiba di bagian bawah ada obyek kaos yang dipajang dan tuliskan 'proyek pembangunan Sekolah Tinggi Seni Memasak Tahan Busuk' dan lambang Pancasila. Uniknya di bagian kanan dan kiri karya ada tulisan 'WC untuk ABRI' dan 'Toilet for Interfet' lengkap harga kala itu.
![]() |
Seniman asal Bandung itu menceritakan karya obyek WC itu pernah ditampilkan di kawasan Babakan, Siliwangi, Bandung.
"Itu dibakar oleh Satpol PP tahun 2003 dan selama 1,5 tahun saya mengugat ke pengadilan untuk mempertahankan ini adalah karya seni," lanjutnya.
Karyanya pernah dipamerkan di Venice Art Biennale hingga di ajang Asia Pasific Triennale di Brisbane, Australia. Meski karyanya dianggap oleh sebagian orang tak beretika maupun karya sampah, namun Tisna menegaskan itu adalah karya seni sarat makna.
"Saat itu saya mengugat supaya ada kejelasan dari pihak pemerintah kota Bandung, karena ini kan karya seni. Mereka menganggapnya ini karya sampah dan tidak ada etik," tukasnya.
Karya instalasi Tisna Sanjaya dapat dilihat dalam pameran 'Dunia dalam Berita' di Museum MACAN Jakarta. Karya ke-10 perupa kontemporer dipajang mulai 1 Mei hingga 21 Juli 2019.
(tia/nu2)