Khusus untuk pagelaran di Ibu Kota, Teater Gandrik menggelarnya pasca Pilpres dan Pemilu 2019 pekan ini. Pimpinan produksi Butet Kartaredjasa menuturkan saat pementasan perdana di Yogyakarta kondisi Indonesia sedang hangat-hangatnya kampanye.
"Pekan ini dipentaskan setelah Pilpres. Dalam kebiasaan Teater Gandrik, naskah sangat elastis. Dengan pemain yang terbiasa mengolah gagasan dalam penciptaan naskah. Penuh improvisasi yang kontekstual dan situasional," katanya saat jumpa pers di Ciputra Artpreneur Theatre, Selasa (23/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita pertunjukan 'Para Pensiunan 2049', lanjut Butet, berdasarkan rasa gemas ketika setiap usaha melakukan gerakan anti korupsi mengalami kebuntuan. Ada satu ironi semacam jalan buntu dari jiwa korupsi.
"Dengan satu kebijakan mencegah orang mayi dikubur jika tidak punya Surat Keterangan Kematian yang Baik (SKKB) dan Surat Izin Meninggal (SIM). Itu gagasan awalnya," ucap Butet.
Sutradara Djaduk Ferianto pun menambahkan ada salah satu perbedaan dialog yang dimainkan di Yogyakarta dan Jakarta pekan ini.
"Di Yogyakarta ada satu kalimat bahasa Jawa yang artinya 'Bersatu kita teguh, bercerai tidak usah dipilih'. Kalau sekarang berbeda 'Bersatu kita teguh, bercerai kalah lagi'," timpal Djaduk tertawa.
Pertunjukan 'Para Pensiunan 2049' dimeriahkan oleh Butet Kartaredjasa, Susilo Nugroho, Jujuk Prabowo, Rulyani Isfihana, Sepnu Heryanto, Gunawan Maryanto, Citra Pertiwi, dan lain-lain. Pentasnya berlangsung di Ciputra Artpreneur Theater pada 25-26 April 2019 pukul 20.00 WIB. (tia/nkn)