Isu perempuan sengaja diangkat kelompok Futuwonder dalam pameran kali. Salah seorang perupa bernama Putu Sridiniari mengatakan pameran seni rupa kerap diselenggarakan namun cenderung komersial dan tak ada terobosan baru.
"Pameran seperti 'Tanda Seru' ini masih harus lebih sering diadakan untuk megakomodir diskursus-diskursus alternatif dan visual tandingan arus utama. Pameran ini juga penting untuk membangun sikap konstruktif dalam berwacana khususnya bagi perempuan perupa," ungkap Putu Sridiniari dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Senin (1/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pameran 'Tanda Seru' melibat 8 perupa perempuan. Di antaranya adalah Aria Gita Indira, Citra Sasmita, Cristine Mandasari, Intan Kirana Sari, Irene Febry, Ni Luh Pangestu Widya Sari, Putu Sridiniari dan Santi Permana.
Karya-karya para seniman beragam. Ada yang menggunakan lukisan, kolase, rajut, sampai karya instalasi yang menampilkan sisi feminin tapi juga memberikan pesan provokatif.
Salah satu karya yang ditampilkan adalah lukisan 'Potrait of the Others' karya Citra Sasmita. "Realitas sosial hari ini, telah menempatkan diri perempuan pada posisi sekunder, sehingga ketika mereka berupaya untuk membebaskan diri dari nilai-nilai yang membelenggunya tersebut, kerap dianggap sebagai pemberontakan dan menimbulkan gesekan sosial", ungkap Citra.
Community Manager Uma Seminyak Ruth Onduko menuturkan para seniman yang memajang karyanya memberikan narasi berbeda. Sebagian besar adalah realitas yang dihadapi di lingkungan sosial berupa tekanan dan stigma yang lekat pada tubuh perempuan.
"Hal-hal tersebut yang ada dalam kekaryaan mereka," lanjutnya.
Pameran 'Tanda Seru' berlangsung pada 31 Maret hingga 13 April 2019 di Uma Seminyak, Bali.
(tia/nkn)