Selama ini lukisan figuratif I Nyoman Masriadi mengeksplorasi seputar masalah identitas, perilaku, dan arketipe masyarakat. Dia kerap memaparkan ideologi dari maskulinitas ke materialisme.
Lukisan awal lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta di tahun 1998 merespons peritiwa jatuhnya rezim Orde Baru. Lewat 'Seri Bantul' di periode tersebut menjadikan Masriadi menjadi salah satu seniman terkemuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berlatar belakang dan membahas masalah yang timbul dari pertemuan tradisi budaya Indonesia dan globalisasi, karya Masriadi mencerminkan materialisme masyarakat kontemporer," tulis keterangan Sullivan+Strumpf seperti diterima detikHOT, Selasa (5/3/2019).
Misalnya saja ia kerap menggambarkan karakter surrealis yang tersenyum, ada tatapan kosong, dan ekspresi tak sopan dari tokoh-tokoh yang terobsesi dengan diri sendiri. "Masriadi menawarkan kepada kita pandangan bermata dua tentang keterlibatan mereka sendiri dalam menjamurnya materialisme beracun," tulis Sullivan+Strumpf.
Di Art Basel Hong Kong, karya-karya Masriadi bakal dipajang di galeri seni Sullivan+Strumpf, booth 3C23 di Hong Kong Convention and Exhibition Centre, Wan Chai, Hong Kong. Karyanya bakal berdampingan dengan seniman dunia lainnya.
Di antaranya adalah Sydney Ball, Lindy Lee, Sam Leach, Ramesh Mario Nithiyendran, Alex Seton, dan Yang Yongliang. Sedangkan Art Basel Hong Kong berlangsung pada 29-31 Maret 2019.
(tia/nkn)