Khususnya ketika ia beradegan monolog dalam beberapa adegan di 'Nyanyi Sunyi Revolusi'. Perempuan yang akrab disapa Phia menuturkan dirinya butuh 'napas panjang' di adegan monolog tersebut.
"Karakter saya muncul dua segmen dari tujuh yang ada. Yang penting dialog sama ibunya, monolog sendiri, dan di bagian terakhir. Itu semua butuh 'napas panjang'," kata Phia ketika diwawancarai di sela-sela latihan di Gedung F, Kemendikbud, Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya dalam memerankan lakon Tengku Tahura, naskah yang dipahalnya tak sekadar menghapal maupun membaca. Ia sendiri butuh menerjemahkannya sesuai dengan karakter Phia.
"Ketika lawan main impuls yang berbeda, eh ada yang berbeda lagi. Pas bawain sama pemain lagi bagus, itu artinya sudah klop. Semakin berubah-ubah cari yang pas itu yang jadi makin bagus," tukasnya.
Simak Juga 'Lakon ''Nyanyi Sunyi Revolusi'': Mencintai Negeri Lewat Sosok Amir Hamzah':