Di karya 'Reminiscence of 98' yang merupakan refleksi personal tentang Reformasi 1998, ia mencetak 60 frame yang terdiri dari potret dirinya. Serta 60 frame lainnya yang memuat momen 21 Mei 1998.
Ada wajah Soeharto, B.J Habibie, dan para hakim di Mahkamah Agung. Momen saat Soeharto mengucapkan kalimat tentang pengunduran dirinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Patriot menceritakan ia mencetak 120 frame dari art paper lalu mulai menganyamnya. "Saya sengaja memakai art paper dan biar hasil cetakannya sedikit pucat dan menguning," katanya ketika mengobrol dengan detikHOT.
Finalis Bandung Contemporary Art Award di 2011 pun menambahkan, "Warnanya pucat biat mengingatkan saya dengan cetakan koran. Belum lagi efek ketika digabung akan menimbulkan kesan nge-blur."
Teknik anyaman kerap menjadi salah satu andalan yang dibuat seniman asal Bandung tersebut. Isu-isu politik dan lingkungan sekitar pun sebagian besar disoroti.
Karya Patriot dikenal dari ciri khasnya yaitu karya seni dengan ilusi optik. Sejak 2014, ia telah menjadikan kejadian-kejadian bersejarah di Indonesia sebagai referensi dalam berkarya.
"Sebenarnya statement yang ingin saya lontarkan di kaya saya ini, dari tahun 2014 sampai 2019 aura politik di Indonesia auranya panas, belum lagi sama isu agama. Sekarang ini semakin runcing, kalau bisa jangan sampai terjadi lagi. Mungkin kita berbeda dan punya ideologi yang berbeda tapi peristiwa 1998 atau 1965 juga jangan sampai terjadi lagi," pungkasnya.
(tia/ken)