Koreografer Denny Malik bersyukur ciptaan tariannya disukai para penonton dan masih diperbincangkan sampai sekarang.
"Sejak awal saya bilang kita harus bangga karena terlibat di perhelatan akbar ini. 40 atau 50 tahun lagi, kalian para penari sudah jadi nini-nini pastinya bakal teringang momen bersejarah ini. Saya terus menerus kasih motivasi," kata Denny Malik ketika dihubungi detikHOT, Senin (20/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Denny pun menceritakan setiap kali latihan, para penari selalu diberikan motivasi agar tak mudah menyerah.
"Saya katakan jangan sampai kalian menjadi generasi instan, sebuah pertunjukan besar memang butuh proses belajar yang tidak cepat-cepat. Harus sabar dan berprasangka baik. Pertunjukan ini bawa nama besar Indonesia, bukan individu saja," katanya lagi.
Tarian Aceh yang merupakan pembuka Asian Games 2018 di SUGBK itu merupakan kolaborasi gerakan dari Saman dan Ratoh Jaroe. Denny pun menyebutkannya sebagai tari 'Garis Indonesia'.
Ada 1500 penari dari SMA/SMK sederajat yang lolos seleksi untuk berlatih selama 5 bulan lamanya. "Kebanyakan mereka ini baru menari ikut acara besar sekali atau dua kali, jadi bukan penari profesional. Kita didik selama 4,5 bulan."
Meski tari tradisi, Denny Malik ingin mencampurkan dengan sisi kekinian. Ada iringan musik orkestra sampai lagu 'Bungong Jeumpa. "Selama ini kan belum pernah ada eksplorasi sampai sejauh itu. Kostum kita modifikasi, jadi begitulah kejutannya," pungkasnya.
(tia/nu2)