Ada tiga jenis batang bambu yang digunakan oleh seniman asal Cimahi tersebut. Yakni batang bambu awitali yang digunakan untuk bagian karya yang melingkar-lingkar maupun untuk dipilin.
"Ini bambu yang diambil di dekat sungai. Bambu dari Sumedang, karakternya bisa dipilin-pilin atau dilengkuk-lengkuk," tutur Joko ditemui usai peresmian karya seni instalasi bambu 'Getah Getih', Kamis (16/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk bagian bawah karya yang menjadi penyangga utama, ada 73 batang bambu Betung. Angka 73 sengaja dipilih Joko sesuai dengan perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-73 tahun.
![]() |
Dalam menciptakan karya yang dibuat selama satu minggu, awalnya Joko merancang bagian dasar sebagai betonnya terlebih dahulu. Baru bagian tengah.
"Dari awal rancangan saya sudah mendesain mana yang menghadap ke arah utara dan mana yang Selatan. Orang bilang juga kayak bunga matahari yang nggak apa-apa. Di Jepang kemarin juga pernah pakai format seperti ini," tutur pria kelahiran 1976 silam.
Meski secara material sama seperti karya di ajang Frankfurt Book Fair 2015, namun permainan bentuk ini yang terbilang sulit. Joko pun semaksimal mungkin berkarya untuk membantu kinerja Pemprov DKI Jakarta.
"Seni ini telah menjadi bagian masyarakat, karena seniman fungsinya bukan cuma 'dagangan' saja. Harus ada fungsi yang informatif juga dan mendekatkan seni ke ruang publik," katanya lagi.
Karya seni instalasi Joko Avianto bisa dilihat di kawasan Bundaran HI, dekat dengan lokasi bekas Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) yang baru saja dirubuhkan. Karyanya pun sudah bisa dilihat publik secara terbuka mulai hari ini.