Pameran seni digital yang diselenggarakan di Gedung Serbaguna Telkom University, Kabupaten Bandung, Jawa Barat berlangsung selama tiga hari, dari 5-7 Desember 2017.
Intermind.xyz karya seniman digital Dani Rachman menarik perhatian banyak orang yang mengunjungi BIDAF 2017. Karya ini unik, lain dari pada yang lain karena dibuat dari barang rongsokan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karya seni digital ini adalah simulasi media sosial. Simulasi tersebut digambarkan dalam bentuk visual yang keluar dari moitor-monitor itu," kata Dani, Kamis (7/12/2017).
Karena menjadi perhatian banyak orang, banyak orang berswafoto di karya digital milik Dani. Menurutnya, mereka yang berswafoto di karya miliknya itu telah salah arti.
Dani mengungkapkan, Intermind.xyz merupakan simulasi yang dapat memberikan alternatif dari cara menggunakan media sosial. Ia mencoba membuat sebuah instalasi interaktif yang mensimulasikan sebuah sistem yang mempertemukan berbagai macam pikiran dari orang-orang yang menggunakan internet secara realtime.
"Orang yang berada di dalam ruang pamer maupun yang melihat secara streaming akan dapat mengidentifikasi visual yang ditampilkan di karya instalasi. Setelah mengidentifikasi visual yang terpampang keputusan untuk menginterupsi visual itu diserahkan sepenuhnya kepada pengunjung," ungkap Dani.
Bandung International Design Arts Festival Foto: Wisma Putra/detikcom |
"Tekan tombol upload, choose file, pilih gambar lalu tekan tombol up my mind. Tunggu beberapa detik dan gambar yang kita upload akan muncul di layar monitor," ungkapnya.
Dani menjelaskan, gambar yang kita upload akan terlihat bebas oleh banyak orang tanpa ada filter yang menjaringnya, sekalipun mengupload gambar yang bersifat negatif, laiknya seperti informasi yang disebarkan para pengguna medsos.
"Seringkali orang-orang tanpa sadar tidak mengetahui berita apa yang mereka konsumsi dan sebarkan, sehingga mengakibatkan banyak masalah sosial seperti konflik akibat dari kesalah pamahan dari sebuah berita," jelasnya.
Pria kelahiran asli Bandung itu menuturkan, kondisi seperti itu kerap bahkan sering dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menggiring suatu opini masyarakat.
"Istilah untuk menggambarkan kondisi tersebut adalah Post Truth, yaitu situasi dimana fakta tidak lagi relevan. Akhirnya apa yang sampai ke masyarakat bukanlah sebuah kebenaran yang sesuai fakta namun berbagai kepentingan turut hadir di dalamnya sehingga menjadi tidak objektif," tuturnya.
Dani menambahkan, saat ini informasi yang menyebar begitu cepat akibat dari teknologi Web 2.0, sudah merambah ke perangkat mobile membuat beberapa perubahan sosial pada manusia. Berita dalam bentuk data digital yang beredar bisa menyebar dalam waktu singkat ke berbagai lapisan masyarakat.
"Karena teknologi media sosial sekarang, orang dapat dengan mudah merespon berita itu dengan mengomentari, memberi tanda suka atau membagikannya kepada orang lain melalui perangkat pribadi seperti smartphone," pungkasnya.












































Bandung International Design Arts Festival Foto: Wisma Putra/detikcom