Pecinta Seni Padati Bandung International Design Arts Festival 2017

Pecinta Seni Padati Bandung International Design Arts Festival 2017

Wisma Putra - detikHot
Kamis, 07 Des 2017 21:51 WIB
Foto: Bandung International Design Arts Festival (Wisma Putra/detikcom)
Bandung - Papan putih yang dibentuk menjadi stand sederhana memenuhi seisi ruangan Gedung Serbaguna Telkom University, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dibalik stand itu, terdapat puluhan karya seni digital yang tertara rapi, hasil karya seniman dalam dan luar negeri yang meramaikan perhelatan Bandung International Design Arts Festival (BIDAF) 2017.

Perhelatan BIDAF ke empat ini baru pertama kali diselenggarakan di lingkungan universitas, padahal tiga kali perhelatan BIDAF tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan di ruang umum di antaranya Selasar Sunaryo, Land Mark Braga, Bandung Convention Centre.

"Pertama kali kita masuk kampus, kita ingin menggalakkan mahasiswa terutama kampus-kampus yang memiliki program seni digital," kata Fesrival Director BUDAF 2017 Franki Raden, Kamis (7/12/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pameran seni digital bertaraf internasional ini diselenggarakan selama tiga hari 5-7 Desember 2017 dan memiliki tujuan sebagai pameran karya seni alternatif yang kini sedang berkembang diberbagai negara salah satunya Indonesia.

Meski hari ini merupakan hari terakhir, kunjungan mahasiswa luar dan dalam kampus, juga pengunjung umum lainnya sangat berantusisa untuk mengunjungi BIDAF 2017.

"Kami ingin membuka peluang kepada anak-anak muda, terutama secara menyeluruh tentang seni digital. Kita sudah mengenal, tapi mengenalnya digital sebagai animasi atau content video game. Itu terlalu terbatas," jelasnya.

Selain Telkom University, BIDAF 2017 mengajak perguruan tinggi lainnya yang ada di Badung Raya, di antaranya Unpas dan ITB yang ikut berpartisipasi sebagai peserta pameran dan observer.

Menurutnya, pameran yang mengusung tema 'Digital Arts' ini diikuti oleh seniman dari lima negara, terdiri dari Philipina, Prancis, Australia, Jerman, Amerika dan tidak ketinggalan seniman Indonesia dengan menampilkan sekitar 50 karya seni digital.

Bandung International Design Arts Festival 2017Bandung International Design Arts Festival 2017 Foto: Wisma Putra/detikcom
Basic seni digital, dilakukan dengan cara berekspresi bebas, atau karib disebut seni alternatif. "Memang seni alternatif, tapi sekarang yang menjadi ujung tombak peradaban kita kan seni digital atau di luar negeri blue media arts," tuturnya.

Pria berambut panjang itu mencontohkan ketika melihat lukisan kanvas biasa dan dibandingkan dengan lukisan digital, maka gambar yang berada di lukisan itu hidup atau seperti gambar 3D.

"Medianya tetap sama tapi dengan sentuhan digital lukisan tersebut jadi 3D. Ini disebut media baru, lukisan, film itu kan media lama. Tapi dengan digital dengan sentuhan efeknya dan komputer grafic bisa jadi lain," ujarnya.

Franki menambahkan, perkembangan seni digital di Jawa Barat mendorong terbentuknya komunitas-komunitas anak muda yang bergerak di bidang seni digital.

"Pada dasarnya, program BIDAF 2017 memiliki rangkaian yang sangat luas meliputi kegiatan pameran, pertunjukan, seminar, workshop, demo, expo pendidikan dan produk teknologi seni digital baru," ujarnya.

Salah satu pengunjung, Reni Nopitasari (21) mahasiswi Unpad mengatakan karya seni digital yang ada di BIDAF 2017 ini membuatnya tidak jenuh, pasalnya ia disuguhkan dengan karya seni berbasis teknologi.

"Kalau biasa kita melihat lukisan kapal laut, di sini kapal lautnya bisa bergerak hingga karam. Hal tersebut terlihat seperti asli karena sudah berbasis 3D. Seru, banyak ilmu pengetahuannya, semoga BIDAF selanjutnya banyak karya yang lebih kreatif seiring perkembangan ilmu dan teknologi," pungkasnya. (dal/dal)

Hide Ads