Kurator pameran, Citra Smara Dewi mengatakan teknik gutha tamarin kerap disebut sebagai teknik 'batik dingin' karena tidak menggunakan alat pemanas seperti kompor.
"Visualisasi karya batik dengan menggunakan teknik Gutha Tamarin hampir sama dengan visualisasi teknik batik tradisonal sehingga tidak menghilangkan esensi batik itu sendiri," kata Citra Smara Dewi, Kamis (10/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di pameran yang ditampilkan kali ini, ke-34 perupa tak hanya menggunakan teknik gutha tamarin tapi dipadukan dengan teknik melukis. Sehingga terdapat konsep mixed media antara batik, seni lukis, serta bahan kain sutra.
![]() |
Menurut Citra Smara Dewi, berkarya dengan teknik tersebut ada kesulitan yang tinggi. Seperti ketika menggores kuas untuk menghasilkan gambar tokoh yang tepat. "Untuk menghasilkan bentuk yang optimal, maka perlu konsentrasi tinggi, setiap tarikan garis harus diikuti dengan "ritual" menahan napas agar tidak salah merintang pasta."
Selain itu, kegagalan yang sering terjadi adalah cat 'mbeleber'. Saat proses kukus atau merebus kain untuk memperkuat warna agar tidak luntur jika kena tetesan air, juga menjadi kesulitan tersendiri.
"Secara keseluruhan hasil karya seni visual "eksplorasi teknik gutha tamarin" dengan perpaduan goresan kuas ini terbilang baik, bahkan sebagian karya terlihat lebih bagus dari harapan awal. Hasil akhir karya yang bersifat "unpredictable"," pungkas Citra.
Pameran lukisan menggunakan teknik gutha tamarin masih bisa dilihat hingga 21 Agustus mendatang.
(tia/doc)