Merayakan Hari Lahir Chairil Anwar, Ini 3 Puisi Penyair 'Si Binatang Jalang'!

Merayakan Hari Lahir Chairil Anwar, Ini 3 Puisi Penyair 'Si Binatang Jalang'!

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 26 Jul 2017 12:00 WIB
Merayakan Hari Lahir Chairil Anwar, Ini Tiga Puisi Penyair 'Si Binatang Jalang'! Foto: Ilustrasi: Luthfy Syahban
Jakarta - Hari ini menjadi momen bersejarah bagi dunia sastra Tanah Air. Penyair Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 1922 silam. Dia dikenal sebagai penyair legendaris yang mempopulerkan syair ke generasi muda.

Anak tunggal dari pasangan Toeloes dan Saleha yang berasal dari Sumatera Barat itu merupakan sanak saudara dari Soetan Sjahrir. Sejak usia 15 tahun, Chairil diketahui sudah mantap bercita-cita menjadi seniman.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam sejarah sastra, Chairil Anwar dianggap sebagai pembaharu dari dunia puisi. HB Jassin pernah menulis dalam bukunya, dia menilai puisi-puisi ciptaan Chairil Anwar sebagai bentuk puisi modern Indonesia serta masuk dalam angkatan 45.

Merayakan hari lahir dari penyair 'Si Binatang Jalang', mari sejenak merenung beberapa puisi-puisi ikonik ciptaannya. Beberapa puisi pernah dibacakan oleh Rangga (Nicholas Saputra) dalam film 'Ada Apa dengan Cinta' garapan Miles Film yang juga membuat nama Chairil Anwar makin melejit.

1. Puisi 'Aku'
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Maret 1943)

2. Puisi 'Doa'
kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
(13 November 1943)

3. Puisi 'Selamat Tinggal'
Ini muka penuh luka
Siapa punya?

Ku dengar seru menderu
Dalam hatiku
Apa hanya angin lalu?

Lagi lain pula
Menggelepar tengah malam buta

Ah..!!!

Segala menebal, segala mengental
Segala tak ku kenal..!!!
Selamat tinggal…!!

(tia/doc)

Hide Ads