Entang Wiharso Residensi di New York Selama Lima Bulan

Entang Wiharso Residensi di New York Selama Lima Bulan

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 06 Jul 2017 09:34 WIB
Entang Wiharso Residensi di New York Selama Lima Bulan Foto: Istimewa
Jakarta - Sukses menggelar pameran bersama dengan seniman kontemporer tiga negara di ARDNT Fine Art Singapura, Entang Wiharso kini akan residensi (berkarya dan tinggal) di New York. Tak tanggung-tanggung, selama lima bulan lamanya dia akan mengeksplorasi karya-karya baru.

"Entang Wiharso menerima program residensi 5 bulan (1 Juli-30 November 2017) di Studio Internasional & Program Kuratorial di Brooklyn, New York, yang didanai oleh Pollock-Krasner Foundation," tulis keterangan yang dikutip dari Marc Straus Gallery, Kamis (6/7/2017).

Entang Wiharso akan mengembangkan kerja kekaryaan baru yang berpusat pada perdagangan rempah-rempah. Serta pengaruh terhadap budaya, perdagangan, dan penyebaran gagasan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Sebelumnya, Entang Wiharso juga sempat melontarkan program residensi yang tengah dijalaninya.

New base for my upcoming projects #iscp #thepollockkrasnerfoundation #newyork

A post shared by black goat studios (@entangwiharso) on Jul 5, 2017 at 5:31am PDT



"New base for my upcoming projects #iscp #thepollockkrasnerfoundation #newyork," tulis Entang Wiharso, di akun Instagram pribadinya.

Studio Internasional & Program Kuratorial yang menaungi residensi Entang Wiharso diketahui mendukung pengembangan kreatif seniman dan kurator, serta mempromosikan pertukaran melalui residensi dan program publik. Bertempat di sebuah bekas pabrik di Brooklyn, dengan 35 studio kerja, dua galeri seni, dan sebuah ruang proyek, ISCP adalah program residensi visual internasional yang paling lengkap di New York.

Karya Entang Wiharso diketahui kerap menampilkan kondisi sosial-politik yang ada di Indonesia. Bagi Entang, menciptakan karya adalah cara untuk memahami kondisi manusia, meningkatkan kemampuan kita untuk memahami dan merasakan rasa antar manusia.



"Saya menggambarkan kondisi manusia yang seri terbagi oleh sistem politik, etnis, rasial, dan religius yang kompleks. Mereka hidup berdampingan tapi komunikasi mereka terbatas dan tidak langsung. Hal-hal tersebut saling terkait dengan hubungan intuitif dan intelektual, termasuk vegetasi hias, pola kulit binatang, ekor, usus, pagar, dan lanskap yang detail," kata Entang Wiharso. (tia/doc)

Hide Ads