Jakarta - Sepeninggal dari S.Sudjojono pada 25 Maret 1985 silam, sang istri Rose Pandanwangi dan anak-anaknya mulai mengumpulkan dan mendata karya-karya dari pria yang akrab disapa Pak Djon. Mereka pun menyadari banyaknya sketsa yang bertebaran.
"Kami mulai mengumpulkan sketsa, lukisan, dan data-data Bapak. Kita berusaha mendatanya dengan rapi dan memelihara lukisan-lukisan sampai akhirnya lembaga ini berdiri," kata putri S.Sudjojono, Maya Sudjojono kepada detikHOT di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (8/6/2014).
Sketsa yang dipajang kali ini, lanjut Maya Sudjojono, juga merupakan usaha untuk mengenalkan pada generasi muda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya selalu bilang pada anak-anak murid saya. Pelukis yang baik itu terlihat dari sketsa-sketsanya. Belajarlah dari Bapak, lihat gimana cara riset dan detail sketsanya," lanjut Maya Sudjojono.
 Pameran Sketsa S.Sudjojono Foto: Tia Agnes/detikHOT |
Serta yang terpenting adalah karya dari maestro itu sama sekali tidak kuno. "Tinggal gimana si seniman mudanya berkreasi asal tidak mengubah karya," pungkasnya.
(tia/dar)