Konsep karya yang terinspirasi dari kisah nenek moyang yang harus bermigrask dan menjalani perjalanan antara dua tempat. Kurator pameran, Agung Hujatnikajennong mengatakan Tintin Wulia merupakan warga keturunan Tionghoa yang secara turun temurun tinggal di Pulau Dewata.
"Saat Indonesia belum mengenal konsep kedaulata seperti sekarang, Tintin selalu diceritakan nenek moyangnya punya dua kebudayaan dan selalu bolak balik antara Bali dan Cina," cerita Agung Hujatnikajennong ditemui di Plataran Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis (27/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cerita itu yang jadi inspirasi Tintin Wulia. Punya dua rumah dan dua kebudayaan. Karyanya semacam instalasi kembar berbentuk setengah lingkaran, dan ada sebuah cermin sebagai refleksi. Apa yang dilihat di Venesia bisa dilihat juga di Jakarta, begitu pun sebaliknya," tuturnya.
Pada 10 Mei mendatang, Ketua BEKRAF Triawan Munaf sendiri yang bakal meresmikan Paviliun Indonesia yang berlokasi di Senayan City lantai 6. Secara paralel, acara tersebut menandai Paviliun Indonesia di Venesia, Italia, pada hari yang sama. Di Sency, eksibisinya sendiri dapat dikunjungi publik pada 13 Mei-26 November.
Para pengunjung di dua lokasi dapat berinteraksi dengan obyek seni, layar, dan kamera yang saling terhubung secara digital.
"Di Senayan City luasnya juga 70 meter persegi, sama seperti di Venesia. Tapi 300 meter persegi ada ruang interaktif. Keikutsertaan Indonesia di Venice Art Biennale di dua tempat maka dapat dinikmati publik Indonesia," pungkasnya.
(tia/mah)