"Setelah empat tahun mengenal salah satu orang Pearl Lam Galleries, akhirnya saya baru diajak untuk pameran di galeri yang di Singapura. Mungkin selama 4 tahun itulah saya diamati karyanya dan proses berkeseniannya," kata seniman kelahiran Tanjung Karang, Lampung itu.
Atas "lamaran" tersebut, Andy pun mengiyakannya. Bahkan dia menganggap pameran di Pearl Lam Galleries membuat gerbang ke ranah internasional kian terbuka. Dia pun menganggap ajakan pamerannya tersebut karena beberapa hal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang pernah residensi (menetap dan berkarya) di Art Camp Lazarea, Gyergyoszarhegy, Transylvania, Romania pada 2009 itu mengatakan perubahan ini adalah hal baru. "Pas saya pameran, kolektor saya banyak yang bilang suka dengan yang lama, tapi ada juga antusias dengan perubahan saya," lanjut Andy.
"Sebenarnya perubahan saya bermula dari 2015 lalu. Saat itu pihak Pearl Lam ada yang lihat dan juga bilang coba kembangin lagi karya yang berwarna. Dan 2016 saya memutuskan ke arah yang lebih baik. Saya senang dengan apresiasi dari galeri dan orang-orang yang tahu perjalanan karier saya," tuturnya.
Andy Dewantoro aktif memamerkan karyanya sejak 2004 silam. Pameran kolektif dan tunggal sudah dijalaninya. Pada 2008 'Silent World' berlangsung di Ark Galerie, Jakarta. Dua tahun berikutnya, dia menggelar eksibisi tunggal 'Empty - Space - Landscapes' di Galeri Semarang, dan 'Half Full Half Empty', di Valentine Willie Fine Art, Kuala Lumpur.
(tia/mmu)











































