Empat Seniman Indonesia di Forum Asia Tenggara Art Stage Singapore 2017

Empat Seniman Indonesia di Forum Asia Tenggara Art Stage Singapore 2017

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 07 Des 2016 11:45 WIB
Jim Allen Abel 'Motorcycle Diaries'/ Foto: Art Stage Singapore 2017
Jakarta - Forum Asia Tenggara atau Southeast Asia Forum hadir yang kedua kalinya di ajang tahunan Art Stage Singapore 2017. Ada empat seniman Indonesia yang akan berpartisipasi memajang karya di eksibisi yang bakal berlangsung di Marina Bay Sands and Convention Center, Singapura, pada 12-15 Januari 2017 mendatang. Siapa saja?

Di antaranya adalah Jim Allen Abel dengan karya berjudul 'Motorcyle Diaries', Eldwin Pradipta menampilkan 'Waterkasteel: Canto', Yudi Sulistyo dari Pearl Lam Galleries dengan karya 'Warfare', dan Tintin Wulia dengan 'Untold Movements Act 1: Neitherland, Whitherland, Hitherland'.

Ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pendiri Art Stage Singapore, Lorenzo Rudolf, mengatakan seniman-seniman Indonesia kali ini mewakili tema Forum Asia Tenggara yang berjudul 'Net Present Value: Art, Capital, Futures'. "Mereka yang tampil karyanya sudah dikenal tak hanya di Indonesia tapi juga mancanegara, serta sudah sesuai dengan tema yang kami usung," katanya, kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seniman Jim Allen Abel yang mewakili galeri seni Yeo Workshop menciptakan karyanya terinspirasi dari catatannya menggunakan motor setiap hari. Ketika berada di atas motor, Jim banyak melihat ragam peristiwa di jalanan, dari persoalan remeh temeh, sedih, dan tragis. Banyaknya sepeda motor murah dengan cicilan terjangkau, membuat masyarakat makin banyak menggunakannya.

Empat Seniman Indonesia di Forum Asia Tenggara Art Stage Singapore 2017Tintin Wulia/ Foto: Art Stage Singapore 2017


"Jim Allen Abel menceritakan hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Bagaimana persoalan kapitalis berkembang tapi ini jadi hal ironi," terang Lorenzo Rudolf.

Berbeda dengan Eldwin Pradipta (Lawangwangi Creative Space) yang karyanya merespons persoalan urban di Yogyakarta. Banyak lokasi wisata di kota Gudeg itu hanya dikembangkan sesuai dengan kepentingan turis. "Kapitalisme terjadi di banyak tempat. Sejarah dibuat untuk uang dengan alasan turis," tuturnya.

Yudi Sulistyo dengan 'Warfare' yang kerap menggunakan material recycle menciptakan karya yang terkenang dari perjalanan masa kecilnya. Yang terakhir, Tintin Wulia menghadirkan 'Untold Movement Act 1: Neitherland, Whitherland, Hitherland'.

"Tintin Wulia telah melakukan perjalanan ke banyak negara. Karyanya menceritakan tentang batasan di sebuah negara dan kerap menyinggung persoalan sosial-politik. Karya seni instalasi Tintin Wulia akan hadir dengan indahnya di Art Stage Singapore," kata Lorenzo.

Edisi ketujuh Art Stage Singapore 2017 diselenggarakan bertepatan dengan Singapore Art Week pada 12-15 Januari 2017. Ada 126 galeri seni dari 27 negara yang bakal berpartisipasi.

(tia/dar)

Hide Ads