Pendiri dan Presiden Art Stage Singapore, Lorenzo Rudolf mengatakan hampir sepertiga galeri yang berpartisi merupakan galeri yang pernah ikut sebelumnya. Tapi sebagian besar lainnya baru pertama kali mengikuti.
"Sebanyak 80 persen galeri berasal dari Asia Pasific dan Asia Tenggara. Namun, sampai sekarang kami masih berdiskusi dengan galeri seni dunia lainnya," ujar Lorenzo ketika media gathering di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (6/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di usia yang ketujuh, Art Stage Singapore akan menekankan pentingnya mengembangkan pasar seni Asia Tenggara secara bersama-sama menjadi lebih kompetitif. Serta, menampilkan kekuatannya di Asia Tenggara.
"Art Stage Singapore memegang peranan penting di ranah seni kontemporer dengan serius, di tengah tantangan ekonomi dan situasi sosial-politik saat ini. Kami melanjutkan kekuatan ekosistem Asia Tenggara dengan karya dari seniman yang berkualitas. Karena itu di Southeast Asia Forum kali ini tak hanya eksibisi tapi juga menghadirkan seri ceramah yang menjadi penting," lanjut Lorenzo.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Art Stage Singapore 2017 juga akan menampilkan Southeast Asia Forum yang mengkombinasikan antara seni, komersial, dan konten. Forum yang kedua kalinya ini akan fokus pada persoalan 'kapitalisme' yang berjudul 'Net Present Value: Art, Capital, Futures'. Sesi pameran Southeast Asia Forum akan memajang karya dari Ivan Lam, Kent Chan, Jose Tence Ruiz, Svay Sareth, New-Territories/M4/RMIT, Jim Allen Abel, Eldwin Pradipta, Norberto Roldan, Yudi Sulistyo, dan Tintin Wulia.
(tia/mmu)