Tak berapa lama kemudian, ketukan pintu terdengar. Tok, tok, tok! Lalu hening. Istri Slamet menutup telinganya, mencoba tak mendengar. "Nggak, bukan dia. Jangan sekarang!" tuturnya.
"Itu bukan ketukan pintu, itu hanya angan-anganmu saja. Ternyata hanya aku di sini yang memiliki kekuatan pribadi, aku masih bisa menulis hanya dengan tangan kiri, meski hanya 2 atau 3 kata saja. Hanya aku yang masih waras," ujar Slamet kepada istrinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Tia Agnes/ detikHOT |
Sepenggal cerita dari lakon 'Suara-Suara Mati' itu disadur dari cerita 'Dode Klanken' karya Manuel Van Loggem ini. Disutradarai Slamet Rahardjo, aktor kawakan itu juga hadir sebagai pemain di atas panggung teater. Ditemui usai gladi resik, Slamet mengatakan naskah drama yang diterjemahkan oleh Sunarto Timur itu masih relevan dengan masa sekarang.
"Cinta suami-istri, konflik, persahabatan, kebohongan yang dipendam, semuanya adalah persoalan-persoalan yang terjadi di negara ini, the dark colour of my country," katanya, Rabu (1/12/2016).
'Suara-Suara Mati' menampilkan tragedi suami-istri yang terperangkap oleh rasa curiga yang terbentuk dari rasa cemburu yang mengkristal. Serta melahirkan khayalan liar tentang kematian. Setiap rumah, melahirkan gema suara yang menakutkan bahkan mampu membunuh kepercayaan diri.
Foto: Tia Agnes/ detikHOT |
Di akhir pentas, sahabat yang diperankan oleh Jack Rachadian mengajak istri Slamet, Artasya Sudirman, untuk segera meninggalkan rumah tersebut. "Kita tidak bisa lagi tinggal di rumah ini. Rumahnya kotor, mari kita pergi," tuturnya.
Slamet menceritakan kalimat tersebut dirancang ketika mengakhiri pertunjukan. "Itu membuktikan seberapa jauh mencintai orang yang kita inginkan. Istri memilih berada di rumah bersama dengan Slamet Rahardjo," kata Slamet.
Tampil selama 90 menit lamanya, Teater Populer kian menunjukkan keeksisannya di ranah seni pertunjukan. 'Suara-Suara Mati' dipentaskan di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan, sebanyak dua kali pada Kamis dan Jumat (1-2/12) pukul 20.00 WIB. Tiketnya dibanderol seharga Rp 50 ribu (siswa) dan Rp 100 ribu (umum). Penasaran dengan pementasan Teater Populer yang dikenal sebagai teater tertua di Indonesia? Yuk, segera ke Salihara malam nanti!
(tia/mmu)












































Foto: Tia Agnes/ detikHOT
Foto: Tia Agnes/ detikHOT