Pria berusia 82 tahun itu pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia periode 1993-1998 di bawah pemerintahan Presiden Soeharto dalam Kabinet Pembangunan VI. Dengan suara lantang, Wardiman menjelaskan tentang sejarah pendirian museum.
"Pada 5 November 1993 atau 23 tahun yang lalu, semua media Indonesia memberitakan meninggalnya Basoeki Abdullah di rumah yang sekarang jadi museum. Dalam situasi yang menyedihkan, Pak Bas ternyata sudah membuat akta waris untuk menjadikan rumah dan lukisannya sebagai museum," tutur Wardiman di atas podium, Selasa (29/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dua belas tahun kemudian, pameran Basoeki Abdullah mencapai angka 54 ribu pengunjung. "Basoeki Abdullah benar-benar seorang maestro yang pengaruhnya sangat besar dan persoalan wasiat kala itu menjadi polemik," terangnya.
Setelah melewati berbagai pertimbangan, akhirnya sang istri Basoeki Abdullah, Nataya Nareerat keluar dari rumah dan sepakat dengan wasiat yang ditulis Basoeki. "Nataya mendapatkan deposito Rp 210 juta, senilai dengan harga rumah saat itu dan lukisan sebagian jadi milik Nataya. Beliau menerimanya dengan muka cerah, maka persoalan tidak berkerut lagi," kata Wardiman.
Kemudian, rumah pun direnovasi agar bisa difungsikan sebagai museum. Pada 25 September 2001, Museum Basoeki Abdullah pun diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Drs.I Gede Ardika. Jumlah koleksi yang dihibahkan sebanyak 123 buah, koleksi pribadi (barang dan benda seni) milik Basoeki sebanyak 720 buah, serta buku dan majalah sebanyak 3000 eksemplr. Kini, gedung baru Museum Basoeki Abdullah diresmikan, berdiri tepat di samping museum yang lama.
(tia/mmu)