"Saya tetap akan menampilkan karya lukisan, seni instalasi, dan karya terbaik yang pernah saya buat," ujarnya saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta, belum lama ini.
Beberapa karya pernah dipajangnya di pameran terdahulu. Namun, di pameran tunggalnya kali ini Heri Dono juga akan mengangkat isu tentang pengungsi dan migrasi yang tengah menjadi persoalan global belakangan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Tia Agnes/ detikHOT |
Heri Dono dikenal dengan karya seni instalasi imajinatif liar yang mengeksplorasi isu-isu sosial politik dan perilaku manusia. Sepanjang kariernya, Heri Dono sudah menggelar pameran tunggal di banyak negara, kolektif, ruang publik, residensi, dan penghargaan.
Yang terbaru adalah, eksibisi solo 'Zaman Edan' atau 'The Age of Craziness' yang diselenggarakan di STPI, Singapura. Serta kolaborasi project bersama sastrawan Elizabeth D.Inandiak yang dikenal dengan penulis adaptasi naskah 'Serat Centhini'.
Di novel 'Babad Ngalor-Ngidul', Heri membuat ilustrasi desain sampul buku yang menceritakan tentang mitos Gunung Merapi tersebut. Ke depannya, kata Heri, dia akan tetap melakukan kolaborasi bersama dengan Elizabeth yang tengah meriset tentang Muaro Jambi, salah satu kabupaten di provinsi Jambi, Sumatera.
"Belum tahu akan membuat ilustrasi lagi atau apa, tapi saya senang bekerja dengan Elizabeth. Saya selalu mendukung acara kebudayaan yang dirisetnya," pungkas Heri Dono.
(tia/dar)












































Foto: Tia Agnes/ detikHOT