Kontroversi Nobel Sastra untuk Bob Dylan

Kontroversi Nobel Sastra untuk Bob Dylan

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 14 Okt 2016 15:14 WIB
Foto: youtube
Jakarta - The Swedish Academy sudah mengumumkan pemenang The Nobel Prize 2016 kategori sastra, Kamis (13/10) di Stockholm. Nama penyanyi Amerika, Bob Dylan keluar sebagai pemenang tahun ini. Lirik-lirik lagunya dianggap penuh makna dan menciptakan ekspresi puitis baru yang luar biasa.

Pengumuman itu pun memunculkan pro dan kontra. Banyak yang menganggap karyanya layak mendapatkan penghargaan seumur hidup, ada lagi yang merasa dia tidak layak. Jika ditelisik, novel 'Tarantula' yang rilis secara sembunyi-sembunyi di pertengahan era 1960-an, lalu diterbitkan secara resmi pada 1971, bisa dianggap sebagai bukti pertama.

Dylan pun menjadi anggota pertama dari Rock and Roll Hall of Fame di Hollywood. Pada dasarnya karya-karya Dylan tidak bisa dipisahkan antara musik dan kata-kata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemilik nama lengkap Robert Allen Zimmerman ini lahir pada 1941 dan memulai karier musiknya di tahun 1959 dengan melakukan pertunjukan di kedai-kedai kopi di Minnesota. Lagu-lagunya seperti 'Blowin in the Wind' dan 'The Times They are a Changin' menjadi lagu wajib bagi perjuangan hak asasi manusia di Amerika dan pergerakan anti-peperangan.

Di hari yang sama saat pengumuman berlangsung, Dylan tengah menggelar pertunjukan di Las Vegas. Lalu, apa yang membuat seorang pria yang baru menulis tiga buku, masuk sebagai pemenangnya?

Seorang kritikus musik Colin Paterson mengatakan lirik-lirik yang ditulis oleh Dylan menampilkan persoalan politik, eksplorasi tentang banyak hal, dan hak-hak asasi manusia yang sudah terangkum lebih dari 50 tahun lamanya. Hasilnya, adalah sepanjang 112 tahun penyelenggaraan Hadiah Nobel tidak ada penulis lagu yang pernah memenangkannya.

Keputusan ini sekaligus mengangkat lirik lagu setara dengan sastra maupun puisi serta naskah drama. Serta langkah besar dari pengabdian intelektualitas.

Di tengah hiruk pikuk obrolan di sosial media, penulis Salman Rushdie justru memuji kemenangan Dylan. "Dari Orpheus Faiz, lagu dan puisinya telah dikaitkan erat. Dylan adalah pewaris brilian dari tradisi bardic," ujarnya.

Namun, penulis Irvine Welsh juga mengungkapkan ketidaksukaan atas kemenangan Dylan. "Aku penggemar Dylan tapi ini adalah penghargaan ini membuat sakit dan seperti seorang hippies yang meracau," pungkasnya.

(tia/mmu)

Hide Ads