Jimmy Cheng, pendiri dari Taipei Alliance for the Advancement of Multi Art Culture Youth Center, mengatakan ketika dirinya mulai membuat grafiti, masyarakat belum tahu apa itu street art. "Mereka masih mengangka kotor dan hanya merusak dinding," katanya, dilansir dari BBC, Senin (5/9/2016).
Baca Juga: Buku Seni Metode Merapikan ala Marie Kondo Kini Hadir di Indonesia
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang mereka suka menonton seniman yang sedang membuat mural, seperti sebuah pertunjukan saja. Dan banyak orang-orang yang selalu sibuk selfie. Bahkan di area bernama Ximending di pusat kota Taipei, grafiti menjadi sebuah budaya," ungkap Cheng.
Setiap dinding dan sudut area, diperbolehkan membuat grafiti dan bebas berpameran. "Padahal dahulunya daerah ini pernah dengan anak-anak muda nongkrong dan hidup bebas dengan obat-obatan, tapi sekarang sudah berubah," katanya.
Kini, seniman-seniman grafiti Taiwan berharap street art mampu menjadi sebuah kebudayaan dan bakal eksis hingga di puluhan tahun mendatang. Mereka pun akan mempertahankan ciri khas dari grafiti Taiwan.
(tia/mmu)











































