Budayawan Sardono Waluyo Kusumo tengah menyiapkan pertunjukan retrospektif di ajang Singapore International Festival of Arts (SIFA) 2016. Usai proyek besarnya tersebut, penari yang pernah menjabat sebagai Rektor di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu tetap akan melakukan pementasan di eks Pabrik Gula Colomadu, Solo.
Hal tersebut dikatakannya usai menghadiri temu media di Plaza Mandiri, Jakarta. Mandiri Art bersama dengan DayaLima mendukung pre-event dari perhelatan 'Sardono's Retrospective' yang bakal berlangsung hampir sebulan lamanya di Singapura.
"Bekas pabrik Gula Colomadu itu aset yang penting sekali. Bayangkan gedung tua yang masih ada mesin-mesin berukuran besar jadi sebuah ruang pertunjukan," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Saat ini, kondisi pabrik abad ke-16 itu sudah tidak produktif tapi masih menyimpan banyak cerita di awal-awal industrialisasi. "Masih banyak hal dan ruang yang ingin saya eksplorasi dari pabrik gula tersebut, tapi belum tahu apa dan saya memastikan bahwa itu harus karya baru," ungkapnya.
Kapan dia akan segera pentas lagi di lokasi tersebut?
Sambil mengangkat topi fedora dari bahan anyaman dia menggelengkan kepalanya. "Belum tahu, yang jelas setelah proyek pementasan di Singapore International Festival of Arts selesai, mudah-mudahan tahun depan," pungkas Sardono.
Saat di Colomadu, Solo, Sardono menggelar pertunjukan yang bersifat inter-kultur dan bekerja sama dengan banyak seniman dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Di 'Sardono's Retrospective', Sardono berkarya bersama masyarakat Papua dengan mengangkat tema tentang ikon warisan budaya (heritage icon).
Kerja sama yang sangat ideal dalam konsep Triple Helix memungkinkan 'Sardono's Retrospective' dapat terselenggara dengan baik di pengujung November 2015. Triple Helix ini mencakup tiga hal, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kabupaten Karanganyar yang mewakili pemerintah; Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta sebagai lembaga pendidikan seni; dan dukungan dari pihak Korporasi.