Para seniman yang menerima di antaranya adalah Abdul Qudus Jaelani yang menawarkan konsep pertunjukan berbentuk teater dan pembacaan puisi yang merespons gejala sosial di Lombok Timur. Kedua, Lembaga Sungai Nusa Tenggara Barat dengan mengadakan Temu Budaya Sepulau Lombok dengan puncak acara Lombok festival Performance Art. Dia memakai konsep pentas jalan kebudayaan sebagai upaya mengkampanyekan perdamaian, bahaya trafficking, pernikahan usia dini dan bahaya kawin culik dalam budaya Lombok kepada masyarakat luas.
Ketiga, Sekolah Pedalangan Wayang Sasak dengan kegiatan penyadaran publik akan pentingnya perdamaian dan penghormatan atas perbedaan dan keberagaman melalui seni pertunjukan wayang alternatif di Kota Ampenan. Keempat, Abdi Karya membuat beberapa rangkaian kegiatan berupa workshop, produksi, pameran dan diskusi yang mempertanyakan kembali sejarah dan latar belakang identitas Makassar melalui Rethingking Local Hero.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelima, Komunitas QuiQui yakni perkumpulan perajut Makassar yang bekerja secara independen dengan sistem kerelawanan. Dengan Hibah Cipta Perdamaian Komunitas Quiqui akan secara berkala memberikan kelas merajut dasar disisipi berbagi informasi dan pengetahuan mengenai apa dan bagaimana bentuk kekerasan oleh fasilitator ahli dalam bidang konseling kekerasan terhadap perempuan, anak dan Komunitas.
Keenam, Rumah Seni Kasumba yang berdiri sejak 1 April 2007 di Kelurahan Mangasa Kabupaten Gowa. Melalui Hibah Cipta Perdamaian, Rumah Seni Kasumba mencoba meneruskan program regular mereka berupa Festival Seni Kampung Mangasa untuk melakukan rekonsiliasi warga yang sempat terpecah-belah akibat Pilkada.
Ketujuh, Eka Dessa Fitri atas strategi sederhana lewat cara-cara edukatif dalam bidang sastra yang dikonkritkan dalam kegiatan yang bertema "Menulis untuk Perdamaian". Kedelapan, Erni H. Aladjai yang menghadirkan lagi tradisi lisan Paupe, tradisi bersyair yang menyampaikan pesan-pesan damai kepada umat manusia, pesan cinta kasih, pesan menghormati alam, mencintai laut.
Ke-9, Komunitas Penulis Sastra Kendari dengan menciptakan membuat buku Bunga Rampai Sastra Baru Tolaki (BRSBT). Serta terakhir yakni Mutmainnah untuk pementasan teater dan puisi, dan pameran sketsa berjudul Malam Sastra Sulawesi. Isu yang diangkat pada malam sastra tersebut adalah konflik di dalam keluarga akibat perbedaan pilihan politik.
Program ini juga bermaksud untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan membuat materi menjadi karya kepada para seniman di wilayah itu karena tidak bisa mengakses informasi dan peluang belajar akibat minimnya infrastruktur di wilayah mereka. Diharapkan dengan adanya program ini, seniman-seniman di Indonesia Timur dapat memperkuat karakteristik karya juga jejaring seni di wilayah mereka dan di seluruh Indonesia.
Hibah Cipta Perdamaian didanai oleh Kedutaan Besar Denmark berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada akhir September 2015 antara Kelola dan Kedutaan Besar Denmark. Sejak itu Kelola sudah melakukan berbagai kegiatan survei dan lokakarya di empat kota, Mataram, Makassar, Kendari, dan Palu.
(tia/mmu)