Salah satunya mengenai keindahan bahasa dalam novel yang melegenda tersebut. "Saya ingin sekali mempertahankan keindahan bahasa dari Pramoedya Ananta Toer dan itu sangat sulit ketika diaplikasikan ke panggung teater," katanya ketika ditemui di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Senin (20/6/2016).
Menurut Happy, karya Pram memang dikenal dengan gaya penulisan yang nyastra dan enak dibaca. Tulisan-tulisannya masih relevan dan fenomenal sampai sekarang ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Komikus 'Si Juki' Bangga Karyanya Digemari Jokowi
Lakon yang diprakarsai Titimangsa Foundation dan Yayasan Titian Penerus Bangsa itu akan menampilkan aktris dan aktor terbaik Indonesia yaitu Happy Salma sendiri sebagai Nyai Ontosoroh, Reza Rahadian sebagai Minke, Lukman Sardi sebagai Jean Marais dan Chelsea Islan sebagai Annelies.
Selain itu, pementasan ini juga didukung oleh orang-orang yang berdedikasi di bidangnya yaitu Melyana Tjahyadikarta sebagai Produser Eksekutif, Happy Salma sebagai Produser, Wawan Sofwan sebagai sutradara, Iskandar Loedin (Pimpinan Artistik), Allan Sebastian (Penata Panggung), Deden Jalaludin Bulqini (Penata Multimedia), Aji Sangiaji (Penata Lampu), Ricky Lionardi (Penata Musik), Deden Siswanto (Penata Kostum) Ritchie Ned Hansel (Desainer Grafis) dan Tompi (fotografer).
'Bunga Penutup Abad' mengisahkan tentang kehidupan Nyai Ontosoroh dan Minke setelah kepergian Annelies ke Belanda. Nyai Ontosoroh yang khawatir mengenai keberadaan Annelies, mengutus seorang pegawainya untuk menemani ke mana pun Annelies pergi. Dia bernama Robert Jan Dapperste atau Panji Darman. Kehidupan Annelies sejak berangkat dari pelabuhan Surabaya dikabarkan oleh Panji Darman melalui surat-suratnya yang dikirimkan pada Minke dan Nyai Ontosoroh. Surat-surat itu bercap pos dari berbagai kota tempat singgahnya kapal yang ditumpangi Annelies dan Panji Darman. Minke selalu membacakan surat-surat itu pada Nyai Ontosoroh.
Surat demi surat membuka sebuah pintu nostalgia antara mereka bertiga, seperti ketika pertama kali Minke berkenalan dengan Annelies dan Nyai Ontosoroh, bagaimana Nyai Ontosoroh digugat oleh anak tirinya sampai akhirnya Annelies harus dibawa pergi ke Belanda berdasarkan keputusan pengadilan putih Hindia Belanda. Cerita berakhir beberapa saat ketika Minke mendapatkan kabar bahwa Annelies meninggal di Belanda.
Minke yang dilanda kesedihan kemudian meminta izin pada Nyai Ontosoroh untuk pergi ke Batavia melanjutkan sekolah menjadi dokter. Ke Batavia, Minke membawa serta lukisan potret Annelies yang dilukis oleh sahabatnya Jean Marais. Minke memberi nama lukisan itu, Bunga Penutup Abad. Lakon ini akan dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta.
(tia/mmu)