Di usianya yang ke-24 tahun, Norman Erikson Pasaribu menerbitkan buku pertamanya, sebuah kumpulan cerpen berjudul ‘Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu’ dua tahun lalu. Meski sejak SMA telah mulai menulis puisi, tapi pria kelahiran Jakarta ini mengaku terlambat menekuni sastra.
Norman terhitung baru mulai menseriusi dunia penulisan pada akhir 2009. Pemicunya adalah sebuah cerpen berjudul ‘Makan Malam’ karya Linda Christanty yang dibacanya. “Tuntas baca itu saya langsung menangis keras,” kenangnya. Cerpen itu mengingatkan dia pada sang ayah yang ketika dirinya masih kecil sering tak ada di rumah karena urusan pekerjaan. Sejak membaca cerpen itulah ia mulai rajin menulis cerita.
Cerpennya yang berjudul ‘Sepasang Sosok yang Menunggu’ kemudian terpilih di ajang tahunan Cerpen Pilihan Kompas pada 2012. Lalu, pada Desember 2015 lalu, sebuah prestasi kembali ditorehkannya. Naskahnya yang berjudul ‘Sergius Mencari Bacchus’ menjadi Juara Pertama Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Norman sendiri mengaku banyak terpengaruh puisi-puisi penyair Amerika sebagai referensinya. Sebagai bagian dari generasi digital, ia merasa puisi-puisi tersebut lebih “accessible” baginya.
“Beberapa nama yang saya suka sekali Philip Schultz, Franz Wright, Jack Gilbert, Louise Glück, Stanley Kunitz, dan Mary Oliver. Saya juga suka sekali beberapa penyair non-Amerika, meskipun tidak banyak seperti Wisława Szymborska, Herta Muller, dan Derek Walcott,” tuturnya seraya menyebut salah satu karya Herta Muller, ‘The Hunger Angel’ sebagai buku yang sangat penting untuk dibaca generasinya dan yang akan datang.
Bagaimana dengan penyair-penyair Tanah Air? “Ketika SD saya membaca puisi-puisi Chairil Anwar, dan sampai sekarang saya masih menyukai puisi-puisi dia, selain juga puisi Subagio Sastrowardoyo, Joko Pinurbo (Jokpin), dan Dorothea Rosa Herliany,” ujarnya. Norman menyebut ‘Nikah Ilalang’ karya Dorothea dan ‘Kekasihku’ karya Jokpin sebagai buku-buku kumpulan puisi yang membekas kuat di benaknya.
(mmu/mmu)