Sebuah Kota dan Seni Menjual "Pengalaman"

Laporan dari Amsterdam

Sebuah Kota dan Seni Menjual "Pengalaman"

Is Mujiarso - detikHot
Rabu, 20 Apr 2016 11:37 WIB
Sebuah Kota dan Seni Menjual Pengalaman
Foto: Is Mujiarso
Amsterdam - Orang bisa menyebut Amsterdam sebagai kota apa saja. Kota sepeda, kota seribu kanal, kota seni, kota museum, kota kebebasan, atau bahkan kota dosa. Semua sah-sah saja. Sebutan yang terakhir tadi misalnya, merujuk pada fakta bahwa banyak hal yang di negara lain diharamkan, di Amsterdam (Belanda) justru dilegalkan oleh pemerintah. Yang menarik adalah, pelegalan itu disertai dengan berbagai aturan yang ketat.

Selain sepeda dan kanal yang identik sebagai penanda kota, bir barangkali juga bisa disebut sebagai "ikon" Amsterdam. Dan, dalam hal ini, mau tak mau orang akan menyebut merk Heineken sebagai "narasi" utama dari fakta itu. Sebagai kota internasional yang setiap hari dikunjungi pelancong dari berbagai belahan dunia, bir, sebagaimana keju, menjadi bagian dari daya tarik dan nilai jual industri pariwisata dan seni Amsterdam.

Masuklah secara acak ke salah satu gerai bertuliskan "Tours & Tickets" yang bertebaran di tiap sudut kota. Di situ, para pelancong bisa membeli tiket untuk berbagai paket wisata yang ditawarkan. Mereka punya berbagai daftar yang berisi 5 pilihan utama. Misalnya 5 atraksi paling menarik, 5 tujuan wisata malam yang perlu dicoba, 5 museum yang wajib dikunjungi dan sebagainya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Heineken Experience' adalah salah satu dari 5 besar tawaran yang akan selalu disodorkan kepada para pelancong. Ini merupakan kunjungan ke sebuah wahana simulasi yang akan mengajak pengunjung melakukan tur "self guided" di dalam ruangan tertutup. Di situ, orang akan diajak menelusuri kembali sejarah Heineken hingga ke proses pembuatan bir sebagai salah satu minuman yang paling digemari di dunia. 'Heineken Experience' juga dilengkapi dengan toko suvenir yang menjual pernak-pernik oleh-oleh dan barang kenangan, semuanya serba hijau sesuai dengan warna brand image bir tersebut.



Sebagai bentuk dari atraksi wisata, seni pertunjukan pop, sekaligus promosi industri, dalam tiga tahun terakhir Heineken menggelar kompetisi bartender "Heineken Star Serve". Tahun ini memasuki gelaran ketiga, dan Heineken Indonesia untuk pertama kalinya mengirimkan wakil, Risky Dwi Ardianto (22), dari Bumi Senyiur Hotel Samarinda. Risky dijaring dari 77 bartender dari berbagai kota di Tanah Air dalam kompetisi tingkat lokal, sebelum akhirnya mengalahkan 15 pesaingnya di babak final.

Dalam ajang Global Bartender FinalΒ  2015 yang digelar di gedung tua bersejarah Stadsschouwbourg di jantung keramaian Amsterdam, Selasa (19/4) malam waku setempat, Risky bertemu dengan 15 bartender dari berbagai negara. Setelah siang harinya para finalis diajak untuk merasakan "Heineken Experience", malamnya mereka bertanding. Risky berhasil melaju hingga ke perempat besar. Di babak awal, ia bertemu dengan bartender asal Rumania dan berhasil lolos ke babak berikutnya.

Namun, setelah bertanding dengan bartender asal tuan rumah di babak berikutnya, ia tersisih. Kompetisi dimenangkan oleh bartender asal Malaysia, Eddy Jaimin. "Ini sudah merupakan penampilan terbaik dari Risky mengingat kita juga baru pertama kali mengirimkan wakil ke kompetisi ini, jadi bagi saya tidak mengecewakan, kita akan bisa lebih baik lagi di tahun berikutnya," ujar Purbo Wicaksono dari Heineken Indonesia yang mendampingi Risky selama di Amsterdam.



Master bir dari Belanda Franck Evers, yang sebelumnya menjadi juri di kompetisi Heineken Indonesia di Jakarta, juga memuji penampilan Risky malam itu. Pria yang kini masih menjalani kuliahnya di program komputer di Samarinda itu sendiri tampak tetap bersemangat walaupun tak bisa membawa pulang mempersembahkan kemenangan. Lahir di Banyuwangi, oleh berbagai sebab, Risky tumbuh besar dengan berpindah-pindah, bolak-balik beberapa kali dari kota kelahirannya ke Samarinda hingga akhirnya menatap di sana.

Sebagai bartender yang bekerja di bar sebuah hotel, jabatannya saat ini adalah "kapten", jadi tingkat di bawah supervisor. Sejak saat mengikuti kompetisi tingkat Indonesia pun Risky tak pernah menyangka bakal bisa menang, dan dikirim ke Amsterdam. "Ini menjadi pengalaman yang luar biasa bagi saya yang awalnya ikut kompetisi ini hanya agar bisa melihat Jakarta, eh malah sampai ke Belanda," tuturnya polos.

Menyebut Amsterdam bersanding dengan kata "pengalaman" rasanya memang paling tepat. Bagi Risky, itu artinya bertemu dengan orang-orang yang memiliki profesi dan passion yang sama dengan dirinya. Tidak sekedar berkompetisi namun juga berbagi dan membangun jejaring dalam dunia yang semakin tak berbatas. Dan, itulah spirit yang secara cermat diusung dan disodorkan oleh Heineken di tengah pergaulan global yang hari-hari ini demikian menjunjung tinggi aktivitas "traveling".


(mmu/tia)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads