.webp)
Di eksibisi solonya, ada 32 karya lukis cat minyak, 7 karya batik, 4 karya lukis cat air, 2 buah patung perunggu, dan 20 buah patung fiberglass. V.A. Sudiro merupakan satu dari banyak seniman Indonesia yang mengangkat sosok Semar sebagai subjek lukisan. Namun Semar dalam karya-karya lukis Sudiro direpresentasikan dalam berbagai latar, bergantung pada refleksinya soal kehidupan yang selalu berubah.
Semar-nya dapat dihadirkan dalam situasi mistik-kultural dengan ikon-ikon tradisional maupun dalam latar perkotaan, di mana simbol-simbol kekuasaan, bisnis, dan dinamika kota metropolitan koeksis, membentuk suatu jenis kehidupan baru. Pengaturan visual dan cara penjajaran imaji-imaji yang dilukiskan secara surealis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Galeri Nasional Indonesia Tubagus 'Andre' Sukmana mengatakan bagi GNI pameran ini bukan semata memberi ruang. "Tapi menunjukkan karya dan eksistensi perupa V.A. Sudiro, melainkan juga sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan atas peran dan dedikasinya bagi perkembangan seni rupa Indonesia," ujarnya.
Dalam acara pembukaan Pameran Tunggal V.A. Sudiro "Samar-samar Semar Sudiro"—pada 15 April 2016—akan diluncurkan pula buku retrospektif V.A. Sudiro. Buku ini berbeda dengan buku seni rupa lain karena memuat paparan tentang Sang Pelukis dan karya-karyanya dari sudut pandang tiga penulis—Sindhunata, M. Dwi Maryanto, dan Suwarno Wisetrotomo—serta melibatkan fotografer Surisman Marah.
"Dunia seni rupa saat ini hampir saja melupakan V.A. Sudiro, padahal kita tahu bahwa Beliau pernah mempopulerkan surealisme di Indonesia, khususnya Yogyakarta, pada era 80-an. Buku Samar-samar Semar Sudiro ini akan mengingatkan sekaligus memperlihatkan, betapa seorang V.A. Sudiro konsisten pada pilihan hidupnya: terus dan tetap berkarya sampai saat ini, di usianya yang lebih dari 76 tahun," ungkap Titi Widiningrum, penyelenggara pameran sekaligus perwakilan tim buku.
Pameran berlangsung pada 16-28 April 2016 di Gedung B, Galeri Nasional Indonesia.
(tia/tia)
