Bersuka Ria Sambil Meledek Sejarah Bersama 'Raden Mandasia'

Bersuka Ria Sambil Meledek Sejarah Bersama 'Raden Mandasia'

Is Mujiarso - detikHot
Jumat, 15 Apr 2016 17:04 WIB
Jakarta - Acara peluncuran novel baru ternyata bisa menjadi ajang untuk bersuka ria. Itulah yang terjadi pada hajatan kecil menyambut terbitnya novel ‘Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi’ karya Yusi Avianto Pareanom. Meskipun tetap saja menghadirkan para pembicara ahli untuk membahasnya, Yusi mengajak agar tidak terlalu serius.

Tiga pembicara yang dihadirkan adalah pengamat budaya pop dari Koalisi Seni Indonesia Hikmat Darmawan, penyair dan pengamat sastra dari Komunitas Bunga Matahari Anya Rompas dan dosen Psikologi UI Bagus Takwin. Tak ketinggalan Yusi sendiri tentunya juga ikut hadir menyemarakkan acara yang berlangsung di kafe Coffee War, Kemang Timur, Jakarta Selatan, Kamis (14/4) malam itu.

Novel ‘Raden Mandasia” diterbitkan oleh penerbit Banana yang didirikan oleh Yusi, yang selama ini dikenal menerbitkan buku-buku terjemahan. Yusi sebelumnya telah menerbitkan buku kumpulan cerpen ‘Rumah Kopi Singa Tertawa’.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun diberi judul ‘Raden Mandasia’, namun novel Yusi sebenarnya menampilkan tokoh utama seorang anak muda bernama Sungu Lembu. Dari nama-nama tokoh tersebut, bisa ditebak, novel ini berlatar waktu pada masa kerajaan di Nusantara. Dikisahkan, Sungu Lembu yang tampil sebagai orang pertama, tengah menyusun perlawanan terhadap keluarga Raja Watu Gunung yang menguasai daerahnya.

Raden Mandasia merupakan salah satu dari putera Watu Gunung, dan dengan cara yang unik novel ini mempertemukannya dengan Sungu Lembu. Berdua mereka melakukan perjalanan laut ke negeri jauh, dan bersama-sama mengalami petualangan seru dan menyenangkan layaknya dua sahabat karib yang saling menyayangi.

Dan, layaknya anak-anak muda masa kini, mereka mengeksplorasi berbagai makanan dan minuman dalam perjalanan tersebut. Juga, bersenang-senang dengan perempuan-perempuan yang mereka ditemui di mana pun.

Menurut Yusi, novelnya merupakan dongeng yang dimaksudkan untuk meledek sejarah. “Ini ada semangat bermain-main serta meledek dan mengusili banyak hal. Sebuah siasat cerita atas pengalaman manusia,” ujarnya.

“Saya sengaja menampilkan dongeng untuk mengajak orang bergembira bersama bualan saya,” tambahnya.

Menurut Anya Rompas, novel ‘Raden Mendasia si Pencuri Daging Sapi’ merupakan sebuah “babad millenial” yang menggabungkan berbagai genre serta referensi fiksi. “Tokoh-tokoh dalam novel ini, terutama Raden Mandasia dan Sungu Lembu adalah para foodie snob dan travel jungkie zaman Majapahit,” ujar Anya.

Pada sisi lain, dalam pembacaannya sebagai perempuan Anya mengaku kurang nyaman dengan aroma maskulin yang dinilainya begitu kental menjiwai novel tersebut. “Dalam novel ini si tokoh bertemu dengan perempuan-perempuan yang selalu berada dalam ruangan. Perempuan seolah hanya menjadi objek laki-laki,” nilainya.

(mmu/mmu)

Hide Ads