Peran Ilustrator bagi Buku Anak yang Fun

Peran Ilustrator bagi Buku Anak yang Fun

Iin Yumiyanti - detikHot
Kamis, 14 Apr 2016 16:58 WIB
Peran Ilustrator bagi Buku Anak yang Fun
Foto: Iin Yumiyanti
Jakarta - Buku anak semestinya didasarkan pada kaca mata anak-anak. Anak-anak sering mempunyai pertanyaan-pertanyaan yang bersifat filosofis. Namun jangan kemudian buku anak dikemas secara berat.

Iwan Yuswandi, penulis buku dan ilustrator buku anak dari Penerbit Mizan, mengaku sering menulis buku anak karena terinspirasi pertanyaan-pertanyaan anak yang filosofis.

"Dari kecil saya sudah mikir, Tuhan kan ada dengan sendirinya, kenapa ada sesuatu yang tidak diciptakan ada? Ini kan pertanyaan filosofis dan anak-anak akan terus mencari jawabannya," kata Iwan kepada detikHOT di Bologna Children's Book Fair, Bologna, Italia, Selasa (5/4/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan pengalaman masa kecilnya itu, Iwan menyadari anak-anak juga butuh filsafat. Maka Iwan tidak ragu menulis buku anak dengan memasukkan unsur-unsur filsafat. Misalnya ia menulis buku anak berjudul "Mecari Ujung Pelangi" yang didasarkan pada pemikiran filsafat bahwa mata tidak pernah benar.

Buku 'Mencari Ujung Pelangi', 'Gajah Bersin' dan 'Naik Awan' karya Iwan ikut dipajang di stand Indonesia di Bologna Children's Book Fair. Selain bukunya dipajang, Iwan juga tampil mendemonstrasikan kepiawaiannya membuat ilustrasi buku di pameran buku anak terbesar di dunia itu.

'Mencari Ujung Pelangi' bercerita tentang kelinci yang penasaran di mana ujung pelangi itu. Ia terus mencari-cari ujung pelangi itu namun tidak pernah bisa menemukannya.

Baca juga: 'Madagascar Live!' Targetkan 24 Ribu Penonton

"Gagasan itu merupakan kristalisasi pikiran saya bahwa mata itu tidak pernah benar, " ujar Iwan kepada detikHOT.

Meski didasarkan pada ide-ide filsafat, menulis buku anak tidak boleh bersifat menggurui. Cerita harus tetap sederhana dan tidak bertele-tele. Tentu saja pesan-pesan moral boleh diselipkan tapi teknik penyampaiannya tidak perlu tersurat.

"Buku anak itu semestinya tetap lucu, fun. Kelemahan buku anak Indonesia adalah ada kesimpulan dan pesan moral yang ditulis besar-besar. Semestinya biarlahΒ  anakΒ  menangkap sendiri pesan moral itu tanpa ditulisi dengan kesimpulan ataupun moral titik dua yang banyak muncul di buku anak Indonesia," jelas Iwan yang sudah 19 tahun menggeluti pembuatan buku anak itu.

Iwan bekerja di Mizan sejak tahun 1997 dengan memulainya sebagai illustrator. Bapak dua anak ini kini sudah menulis lebih dari 50 judul buku anak. "Kalau bikin ilustrasi, saya lupa jumlahnya, banyaklah," kata bapak dua anak kelahiran Bandung 9 Juni 1973 ini.

Dari kecil, Iwan memang hobi menggambar dan menulis. Ia sering kena tegur guru sekolahnya karena asyik menggambar dan semua bukunya penuh gambar. Ia juga suka membuat komik dan memfotokopi komik tersebut untuk teman-teman sekolahnya.

Di Mizan, Iwan bekerja sebagai penulis, art director, desainer, dan penangung jawab produk retail Pelangi, Mizan. (iy/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads