Pertunjukan ini digelar dalam rangka pentas tahunan, sekaligus merayakan 12 tahun penghargaan yang diberikan kepada Wayang Indonesia pada 2013, sebagai Karya Agung Budaya Dunia oleh UNESCO. "Karya ini menarik karena proses kreatif dan kekiniannya tapi tidak meninggalkan tradisi wayang itu sendiri," ungkap Produser Wayang Kautaman, Ira Surono, dalam keterangan yang diterima detikHOT, Kamis (7/4/2016).
Simak: Kostum, Artistik hingga Make Up Jadi Kemegahan 'Shrek the Musical'
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sutradara pagelaran kali ini, Nanang HP, mengungkapkan bahwa 'Sotya Gandhewa' mengangkat kisah Durna, Arjuna, dan Ekalaya yang merupakan tokoh Maha Guru dan ksatria hebat.
"Dari sisi cerita, Sotya artinya mata atau bisa diartikan permata sedangkan Gandhewa artinya busur. Kita akan bicara soal busur panah. Soal ksatria-ksatria yang mengandalkan busur panah," tuturnya.
Ditambahkan, lakon ini digarap dengan mempertimbangkan semua unsur keaktoran dan pola-pola baru yang berbeda dengan wayang tradisi. "Alur dan plotnya menggunakan pendekatan pada alur teater atau drama, iringan musik yang digarap berbeda dari pertunjukan wayang orang biasanya," pungkas Nanang.
(tia/mmu)











































