Makna 'rumah' pastinya terdapat banyak persepsi. Namun, bagi Anton Ismael yang sudah 16 tahun menggeluti dunia fotografi, kata 'rumah' memiliki pemaknaan tersendiri. Dari rumah, seseorang berasal, belajar, dipersiapkan menghadapi dunia luar sekaligus sebuah momok. 'Rumah' pula bisa diartikan dua hal, 'pohon' untuk melestarikannya atau melempar 'pohon' itu ke hutan.
Di balik makna itu semua, 'Rumah' yang menjadi tajuk dari pameran tunggal Anton yang dibuka untuk umum 2 April sampai 15 Mei di RUCI Art Space, merupakan budaya perlawanan. "Ini cara gue untuk melawan. Untuk memberontak terhadap tradisi, dogma, dan stigma, dari rumah itu sendiri," ujar Anton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalimat tersebut barangkali tepat untuk mengungkapkan pameran tunggalnya. Dari lantai dua RUCI Art Space yang menjadi pintu utama rumah Anton, ada sebuah ruangan dengan 'Potret Nenek' di bagian tengahnya. "Potret ini lambang orang tua, yang ditetuakan. Di sini ada perlawanan anak terhadap orang tua-nya. Foto nenek atau potret keluarga, seperti jadi kewajiban sendiri di ruang tamu atau bagian depan rumah," tambahnya.
![]() |
Setelah 'Potret Nenek', artefak-artefak masa kecil Anton sekaligus proses pembelajarannya dipajang. Dilanjutkan dengan seri 'Bayangan' yang menjadi favoritnya. Di rangkaian karya ini, selalu ada dua sosok dalam setiap potrait. Menurutnya, ada orang yang berada di belakang seseorang. "Bisa berarti apapun, entah orang atau sesuatu yang dekat dengan dirimu."
Uniknya, di bagian ini Anton hanya melakukan proses pemotretannya di sebuah studio foto di kawasan Tangerang, lengkap dengan model serta properti. Sampai ke alur ruang makan, ada tata krama dalam tradisi Jawa yang harus dituruti. Aturan tersebut dilanggar Anton dengan menghadirkan 'simbol sensual' dan peletakkan taplak yang berantakan.
Di alur 'ruang bersama', ia mengibaratkan light box bergambar ikan-ikan adalah sebuah akuarium. "Gue selalu pingin punya ikan Arwana, ngeliat geraknya saja sudah senang. Makanya di ruang peleburan ini seperti bersatu dengan ikan hias. Sama saja dengan ibaratnya di ruangan ini ada banyak alasan dari elu yang nggak bicara dengan nyokap elu, tapi jadi ngomong," katanya.
"Tapi andai saja gue punya akuarium ikan arwana dari dulu yah. Ya anggap aja itu simbol ikan arwana. Hahaha...," lanjut Anton dengan gelak tawa.
Di sudut tertentu, terdapat ruang interaktif. Sebelum pameran dibuka, Anton sengaja mendatangkan lima orang anak kecil, untuk menggambar di partisi galeri. Mereka bebas menggambar apa yang disuka, tanpa ada perintah apa pun. "Gue berharap mereka nggak gambar gunung ya, tapi ternyata di anak terakhir ada yang gambar gunung. Ha ha ha.."
Di eksibisi tunggalnya, Anton menampilkan 16 karya seni yang terdiri dari potrait, mixed media, seni instalasi (hologram dan light box). Tak hanya pameran foto, tapi ia juga akan menggelar diskusi pada 8 April. Serta 15 April, Anton akan meluncurkan bukunya yang ditulisnya bersama dengan Irma Chantily dengan judul yang sama. 'Rumah' dibuka untuk umum sampai 15 Mei 2016 di RUCI Art Space, Jalan Suryo No: 49, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. (tia/dal)












































