Dalam kata pengantar kuratorial yang ditulis Ayos Purwoaji, 'ART AKULTURASI' berlangsung berkat kolaborasi dari seniman-seniman yang bergabung dalam 'Koalisi Berseni'. Isu-isu yang diangkat pun menampilkan persoalan akulturasi budaya yang ditinjau dari banyak sudut pandang.
"Dalam pameran Art Akulturasi ini, ditampilkan bagaimana para perupa muda dari berbagai kota, menempatkan diri mereka di tengah-tengah tegangan kebudayaan yang terus terjadi," tulisnya, Kamis (31/3/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada ekspresi ketakutan (sehingga harus bersembunyi di balik zirah nasionalisme yang berat), kekalahan (oleh sistem yang memaksakan imajinasi kebudayaan massa). Serta persoalan bersenang-senang (dalam labirin kebudayaan populer yang memabukkan). "Ada pula yang menempatkan diri dalam kritik oposisional antara kebudayaan lama-baru atau global-lokal. Namun, ada juga perupa yang bertindak sebagai pengamat yang menggambarkan akulturasi dalam bingkai arkaik."
Seniman dari Semarang yang berpartisipasi adalah Danni Febriana, Husni Mubarok, Nahyu Rahma F., Ragil Adi. Dari Solo ada Anis Kurniasih, Galih Reza Suseno, Wahyu Eko Prasetyo. Seniman Surabaya ada Ebby Dwijaya, Suvi Wahyudianto, Thomas Hanandry, Tobing Dewi, Dari Pasaruan ada Achmad Toriq, Agung Prabowo, Garis Edelweiss, dan Lail Lafi Illiyun. Usai pembukaan pada 1 April, digelar artist talk pukul 14.00-16.00 WIB.
(tia/mmu)